KITA tentu boleh saja mengambil inspirasi dari kitab suci. Puisi boleh tergerak untuk dituliskan setelah kita membaca satu atau beberapa ayat. Ayat-ayat dalam kitab suci boleh kita hadapi sebagai puisi yang boleh ditafsirkan maknanya, dan tafsiran itu lalu kita susun rapi dalam sebuah puisi. Ayat-ayat dari kitab suci yang mengatur kehidupan tentu saja harus kita sikapi sebagai bagian dari kehidupan kita sendiri.
TAPI jangan sampai puisi kita menodai ayat suci itu. Ayat-ayat dalam kitab suci tetaplah firman yang disampaikan lewat nabi. Dan puisi kita lahir dari tangan kita, manusia yang terbatas ini. Jangan puisi kita hanya berlindung atau bersembunyi di balik kitab suci. Jangan kita beranggapan bahwa dengan mencantumkan satu dua baris ayat suci dalam puisi kita, maka puisi kita yang buruk atau membosankan menjadi cemerlang dan berhasil.