Thursday, May 27, 2010

Sang Sepasang

Tomas Tranströmer

Mereka padamkan lampu, dan itu pendar putih globa
seketika, sertamerta, lalu pudar, seperti tablet
dalam gelap gelas. Lalu ada yang bangkit terbit.
Dinding hotel tiba-tiba mengulur ke gelap surga.

Gerak yang meliar perlahan, dan mereka tertidur,
tapi bertemuan jua apa yang amat rahasia di kepala,
seperti dua warna tercampur lalu memarak bersama
di kertas basah, buku gambar bocah sekolah.

Hanya gelap dan senyap. Kota terasa jadi amat dekat,
malam ini. Jendelanya memejam. Rumah pun mendekat.
Mereka berkemas dan menunggu, seperjangkauan,
sepasang bagai yang terbuang, berwajah hilang.

THE COUPLE

They turn the light off, and its white globe glows
an instant and then dissolves, like a tablet
in a glass of darkness. Then a rising.
The hotel walls shoot up into heaven’s darkness.

Their movements have grown softer, and they sleep,
but their most secret thoughts begin to meet
like two colors that meet and run together
on the wet paper in a schoolboy’s painting.

It is dark and silent. The city however has come nearer
tonight. With its windows turned off. Houses have come.
They stand packed and waiting very near,
a mob of people with blank faces.
Terjemahan lain:
1. Jejalur Rel
2. Nokturno
3. Lansekap Matahari
4. Setelah Kematian Seseorang




 

Wednesday, May 26, 2010

Jika Sani-Suryo Terpilih

OLEH Batam TV di masa-masa kampanye pemilihan kampanye pemilihan gubernur yang baru lalu, saya diminta memandu acara dialog di stasiun itu. Bersama penyiar Usvim Paradila, saya punya kesempatan untuk bertanya, dan menilai langsung para kandidat gubernur dan wakilnya. Bukan hanya jawaban mereka, tapi cara mereka menjawab, juga cara mereka berbagi kesempatan untuk menjawab.

Pasangan Nyat-Kadir Zulbahri tampil pertama. Nyat datang terlambat. Ia hadir di sesi kedua, sejak acara ditayangkan langsung. Saya berusaha memaklumi. Dia pasti sibuk karena padatnya jadwal kampanye. Pasangan ini bicara soal anggaran yang prorakyat. Soal rencana Kepri Airline, dan rencana menjadikan Batam sebagai pasar bagi produk dari wilayah lain di provinsi ini. Tentu banyak yang tak terungkap dari acara bincang-bincang itu, karena terbatasnya waktu dan demi sopan-santun percakapan.

Calon Gubernur Aida Zulaika Ismeth tampil di minggu berikutnya. Saya sangat berharap dia tampil berdua dengan Eddy Wijaya, pasangannya di kursi wakil gubernur. Dalam pertemuan sebelumnya di kantor redaksi Batam pos, Aida juga datang sendiri. Waktu itu, saya sudah bertanya, bila datang lagi, saya ingin melihat mereka datang satu paket. Tapi, malam itu pun Aida datang sendiri. "Pak Eddy ke Natuna. Kami bagi tugas," kata Aida.

Alhasil, saya dan penonton Batam TV malam itu juga tidak bisa menilai bagaimana mereka berdua berbagi tugas. Saya harus memuji, betapa siapnya Aida malam itu dengan jawaban-jawaban. Tapi, dia ragu ketika menjawab pertanyaan, "nanti di kartu suara resmi siapa nama itu yang tercantum?" Biasa, ini kerepotan seorang istri. Aida tak yakin waktu itu apakah nama Ismeth tercantum atau tidak. Di waktu jeda, ajudannya mengingatkannya.

Minggu berikutnya saya memandu pasangan H Muhamad Sani dan H Muhamad Soerya Respationo. Mereka datang nyaris bersamaan. Dengan pakaian batik yang necis. Sayangnya waktu itu listrik mati. Siaran tertunda hampir satu jam, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk direkam saja. Mencari waktu pengganti untuk siaran langsung tak mungkin, karena jadwal mereka padat.

Buat saya, Soerya bukan tokoh yang asing. Hubungan kami sebagai wartawan dan narasumber terjalin sejak lama.  Buat saya, di antara kandidat lain, dia punya nilai jual yang paling baik.

Kenapa? Dialah satu-satunya orang partai. Dia memimpin DPD PDI Perjuangan Provinsi Kepri. Dia pemilik perahu. Jika pemilu adalah pesta politik, maka dialah orang yang paling menikmati pesta itu.

Nyat, Zulbahri, dan Sani adalah birokrat. Mereka meniti karir dengan baik. Setelah pensiun Zulbahri berhasil masuk ke ranah politik lewat jalur Dewan Perwakilan Daerah.
Sani ambil cuti dari tugas sebagai wakil gubernur.

Nyat? Setelah melepas kursi Walikota Batam, ini adalah comeback-nya ke politik yang mengejutkan. Sempat dikabarkan susah dapat kendaraan partai, dia dengan cemerlang bisa melaju dengan Partai Demokrat.

Aida? Dia juga bukan pengurus inti partai, tapi soal popularitas dia pasti nomor satu. Dia sudah menyelesaikan satu masa bakti di DPD, dan menjalani kesempatan lima tahun berikutnya, dengan raupan suara tertinggi. Kemampuannya merangkul partai dalam jumlah besar membuktikan ketokohannya. Adapun Eddy Wijaya, dia adalah juga seorang birokrat yang beruntung.

Dengan sosok ringkas lima kontestan lain, maka sekali lagi Soerya harus dipandang lain. Karir politik dan posisi ketokohannya di masyarakat tak pernah surut. Dia sebenarnya sangat bisa maju sebagai Gubernur. Ini saya tanyakan di acara dialog malam itu.

"Ini soal sopan santun. Memang saya yang punya perahu, tapi Pak Sani adalah orang tua kita dan tuan rumah. Saya pendatang harus tahu diri," kata Soerya. Saya suka jawaban itu.

Sani malam itu tampak lelah. Dia terlalu dalam menyandar di kursi. Di jeda acara, ajudannya mengingatkannya.

Jika saya boleh menilai, pasangan yang tampil wajar adalah pasangan Sani-Surya. Saya bisa bayangkan kerja sama seperti apa yang kelak. Sani akan jadi pengambil keputusan yang hati-hati. Soerya akan jadi dinamisator dan katalisator. Sebagai pemilik perahu tentu posisi tawarnya kuat. Pasti, hubungan gubernur dan wakilnya akan berbeda dengan pola kerja antara Ismeth-Sani.

Kalau boleh berperumpamaan, Sani-Suryo lebih mirip pasangan SBY-Jusuf Kalla. Ismeth-Sani seperti SBY-Boediono. Maksud saya peran wakil gubernur akan sangat maksimal di tangan Soeryo. Dan ini harusnya baik.

Bagi Soerya, masuk ke wilayah birokrasi adalah tantangan baru. Dia matang sebagai politikus, dan tahu bagaimana menjalin hubungan legislatif-eksekutif. Dia berhasil menjadi "pendamai" OB-Pemko. Ingat, dia adalah Ketua DPRD Batam, pada periode lalu.

Maka, saya kira, jika Sani-Soerya menang, maka Soerya akan menjadi sosok yang banyak mewarnai dinamika perkembangan kawasan ini. Sani dengan keunggulan pengalaman panjangnya sebagai pamong akan mendapat dukungan dan pemikiran kuat, segar, dari Soerya.

Bagi PDI Perjuangan dan partai politik lain, kemenangan ini juga berarti pembuktian bahwa partai juga bisa melahirkan kader yang layak jadi pemimpin, tidak sekedar menjadi makelar suara, menjual perolehan suara kepada calon kepala daerah yang perlu kendaraan.***

Monday, May 24, 2010

Sejumlah Apakah, Sejumlah Adalah

APAKAH rindu? Rindu adalah aku
merampok, semua apotek, kau sejenis
obat yang telah kucandui, mereka
tak menjualnya lagi padaku

APAKAH hampa? Hampa adalah
aku di perahu, memegang dayung,
tapi kemarau menanduskan sungai
ini, sungai yang menujukanku padamu.

APAKAH dendam? Dendam adalah aku,
mendung besar berhalilintar.
Kukira yang akan kucurahkan
padamu adalah rintik api
 
APAKAH dingin? Dingin adalah
derajat baru yang ingin kutetapkan,
 mengukur suhu hatiku. Mungkin
satuannya akan kupakai namamu

APAKAH rumput? Rumput adalah kau
keluar subuh, kakimu telanjang,
melacak jejak disamarkan embun.
ejakku yang pergi terburu


APAKAH tidur? Tidur adalah mimpi
yang menarik tanganku, memberat di
pelupuk mataku, dan ia membincangkan
cerita tentang engkau

APAKAH buku? Buku adalah aku menyelam,
teluk tenang, menjemput sejilid
cangkang kerang. Kau pendar mutiara
kubaca di lembar itu

APAKAH rumah? Rumah adalah tubuhku
menutup pintu. Hatiku menunggu, jika
engkau tak mengetukku, kukira akan
ada firasat kupu-kupu

APAKAH haus? Haus adalah mulutku
musafir, bibirmu kukira teduh oase,
rinduku padang pasir, ah, engkau
fatamorgana, hanya

APAKAH lapar? Lapar adalah aku
melewatkan jam makan malam, memandang
saja apa yang terhidang di meja,
engkau tak ada di sana

APAKAH malam? Malam adalah ketika
aku membelakangimu, tak menatap
cahayamu, sebab engkaulah matahari
bagi siang kesadaranku

APAKAH arus sungai? Arus sungai
adalah engkau di muara itu, menunggu,
aku tak bergegas, sebab aku pasti
akan sampai padamu


Thursday, May 20, 2010

Lirik Lain pada Lagu Jembatan Merah


: Gesang Martohartono (1917-2010)



AKAN tetap saja kunanti engkau, di sini,
sejauh pergi, dan kita tak bertemu lagi.

Kita cuma bangun jembatan, yang kelak
patah, jembatan yang merah, sewarna
sumpah. Kita sama nyeberang, ke Rumah!

Tapi, tak sampai ke seberang, kita jatuh.

Kita sama pelintas yang ganti bersilih,
berselisih, nyumpah pada gedung indah,
pada pagar angkuh, demi hati patah.

*

AKAN tetap saja kunanti engkau, di sini,
hingga sudah lewat kini, engkau tak kembali.

Betapa pendek diri, ah, tak sepanjang hari,
hidup pada mati: bagai kekasih hendak pergi,
kekasih yang tak akan pernah lagi kembali.

Adalah Cinta Kita

: Dhiana

AKU cabang, kau dedaunan,
sepasang burung hinggap di ranting
itu, tak tahu bahwa teduhnya

adalah Cinta kita

*

Aku lelah angin, kau tabah laut,
pantai yang selalu menunggu itu
tak tahu ombak yang sampai padanya

adalah Cinta kita

*

Aku matahari pagi, kau manis
gerimis, pelangi yang melengkung
itu tak tahu, bahwa warnanya

adalah Cinta kita

*

Aku mata air, kau liku sungai,
air yang mengalir itu tak tahu
bahwa deras arusnya

adalah Cinta kita


*

Aku batang lilin, kau sumbu
api yang menyala padamu itu
tak tahu bahwa terangnya

adalah Cinta kita

*

Aku kukuh akar, kau julang batang,
ranting di cabang itu tak tahu
bahwa bunga yang mekar padanya

adalah Cinta kita

*

Aku bunyi, kau makna, penyair
yang sedang menulis larik-larik itu
teramat tahu bahwa Puisinya

adalah Cinta kita.

Wednesday, May 19, 2010

[Kolom] Lelaki itu Cuma Setengah Perempuan, Kok

JIKA secara genetika kromosom X adalah penentu jenis kelamin betina, dan Y penentu jenis kelamin jantan, maka setiap lelaki dengan kombinasi kromosom XY itu sesungguhnya adalah makhluk yang separo perempuan. Sedangkan perempuan? Mereka sepenuhnya adalah perempuan dengan kromosom XX.

Ada acara kuis baru di TransTV. Judulnya Cowok atau Cewek. Pembawa acaranya Udjo Project Pop. Peserta kuis diminta menilai seseorang yang didandani sebagai seorang wanita. Tantangannya sederhana saja: silakan tebak orang itu lelaki atau perempuan. Peserta kuis dibantu sepanel pesohor jenaka yang siap membantu dengan mengajukan pertanyaan kepada si tamu. Kelucuan muncul saat si tamu membuka jati dirinya, dan ditayangkan rekaman sehari-harinya.



Kuis itu, selain memang cuma menghibur, seakan menguatkan teori genetika di atas. Kenapa si tamu (lelaki atau perempuan) semuanya didandani sebagai perempuan? Karena lelaki sudah separoh perempuan!

Mudah sekali memunculkan keperempuanan dalam diri lelaki. Lelaki memang makhluk yang tidak sempurna. Lelaki adalah jenis kelamin yang gagal, tak banyak gunanya, dan tidak banyak perannya bagi kelangsungan jenis makhluk bernama manusia. Paling tidak tak sebanyak dan tak sepenting perempuan.

Bayangkan, kita lupakan dulu aturan pernikahan yang sah. Tanpa suami sah, perempuan bisa hamil, melahirkan dan punya anak. Artinya dia bisa melanjutkan kelangsung jenis makhluk bernama manusia. Dia bisa saja tak peduli dari lelaki mana dia mendapatkan sperma. Konon begitulah yang berlaku di bank sperma. Di sana hanya ada data-data riwayat hidup, ras, (mungkin juga data soal ketampanan), tingkat kecerdasan, riwayat sakit, dan sama sekali tak ada data pribadi lain.

Bisakah itu dilakukan oleh lelaki? Tidak! Lho, kan bisa menyewa rahim? Memang, tapi itu artinya, tetap saja dia harus tahu siapa perempuan itu, menunggu, mengawasi si perempuan hamil selama sembilan bulan lebih hingga melahirkan. Lelaki sangat tergantung pada perempuan! Tak ada bank sel telur! Lagi pula kalau ada, setelah dibuahi, hendak dirahimkan di mana?

Sel sperma bisa diawetkan. Sel telur? Oh, ini sel yang amat angkuh. Dalam satu siklus dia hanya matang, dan siap dibuahi selama dua belas jam! Jika tidak dibuahi dalam waktu itu? Dia hancur, mati, dan membuang diri. Perlu satu siklus menstruasi lagi untuk mematangkan telur berikutnya. Artinya apa? Perempuan seakan bilang, "kami yang menentukan apakah seorang manusia baru lahir atau tidak. Lelaki, kalian boleh saja setiap saat bisa melepaskan spertma, tapi kamilah yang menentukan kapan sperma itu berguna karena bisa membuahi kami. Selebihnya, kalian hanya membuang-buang segumpal protein, sia-sia!"

Sekarang mari kita adu kekuatan kromoson X dan Y itu. X, ukurannya lebih besar dari Y, itu sebabnya si X ini bergerak lebih santai. Y lebih gesit, tapi kegesitan itu sebenarnya manifestasi dari ketakutan. Kenapa? Karena Y itu berumur lebih pendek daripada X. Pada kenyataannya lelaki memang hidup lebih pendek daripada wanita. Ini kalau merujuk ke rata-rata harapan hidup orang sedunia.


***

Kromosom penentu jenis kelamin, kadang tak selalu normal. Di antara seribu orang normal, ada satu kemungkinan punya kelainan, bukan XY atau XX, tetapi XXY. Orang dengan kromosom kelaim XXY ini, lelaki atau perempuan?

Sebelum sampai pada jawaban itu, mari kita lihat dulu komposisi kromosom ganjil itu. XXY. Bukan XYY. Manusia dengan kromosom itu pada dasarnya adalah lelaki, tetapi karena kelebihan kromosom X, maka timbul sifat dan tanda-tanda perempuan padanya.

Sindroma itu ditemukan oleh Dokter Harry Klinefelter, pada tahun 1942. Ya, bukan perkara baru. Penyandang sindroma klinefelter - diberi nama sesuai nama dokter yang menemukan penjelasan atas gejala ini - punya ciri-ciri: testis kecil, dada membesar, dan pinggul melebar. Ya, dia adalah lelaki, tetapi dengan tambahan ciri-ciri perempuan.

Hebat sekali kromosom X itu, bukan? Satu saja kehadirannya, bisa mengubah seorang manusia. Manusia normal punya 46 kromosom (23 dari ayah, 23 dari ibu). Pada penderita sindroma klinefelter kromosomnya jadi 47. Satu tambahannya ya X itu! Kromosom Y, pada kasus ini, benar-benar tidak berdaya!

Itu sebabnya, kenapa lebih banyak kasus transeksual adalah perpindahan jenis kelamin dari lelaki menjadi wanita. Saya ingat kaum Katoey di Pattaya, Thailand. Itu sebutan untuk para lelaki yang dengan sadar menjadi perempuan, operasi kelamin dan mencari nafkah dengan kondisi itu. Pemerintah negeri yang kini sedang rusuh itu membangunkan gedung opera. Di situ mereka tampil, melenggak seluwes perempuan, dan di luar gedung, turis yang membayar untuk menonton mereka, membayar lagi jika ingin berfoto bareng.

Ini lagi-lagi, bagi saya, menunjukkan kekalahan telak jenis kelamin lelaki! Lelaki dan perempuan, tertarik pada wanita - yang sebelumnya adalah lelaki. Saya kira opera di Pattaya itu jadi tak menarik kalau dimainkan oleh wanita tulen.


***

Riwayat manusia penuh dengan sejarah para lelaki yang merendahkan kaum perempuan. Ini juga naluri bawaan alam. Jika ada dua atau lebih jenis  yang berbeda, maka akan terjadi perebutan dominasi. Karena tugas-tugas biologis, hamil, menyusui, merawat anak, dulu wanita jadi jenis kelamin kelas dua. Tuhan pasti tidak menakdirkan begitu. Ini semata-mata kebodohan lelaki belaka. Perlakuan itu adalah naluri makhluk lemah, ya, lelaki jauh di dasar jiwanya dikendalikan oleh kesadaran akan kelemahannya.

Hamil, menyusui dan merawat anak, adalah tugas mahaberat. Hanya makhluk yang punya daya tahan luar biasa yang mampu menjalaninya. Dan itu adalah perempuan, bukan lelaki. Kurasa kalau lelaki hamil dan melahirkan, maka tingkat kematiannya akan jauh lebih tinggi daripada tingkat kematian ibu melahirkan.

Lho, tapi kan lelaki kuat karena tugas mencari nafkah? Ada satu suku bangsa yang punya pembagian kerja tidak lazim. Di kalangan mereka wanitalah yang mencari nafkah dengan berburu, dan meramu tanaman hutan. Suku itu nyatanya tidak punah. Kerja mencari nafkah bisa dijalankan oleh perempuan dengan baik.

Jadi, kesimpulan akhir dari tulisan ini adalah perempuan adalah jenis kelamin yang sempurna. Dan lelaki? Lelaki cuma separo perempuan, kok! Hormatilah perempuan. Sedangkan Rasul pun berpesan, surga itu ada di telapak kaki ibu kita, bukan? Ibu, ah dia, bukan lelaki, dia seorang perempuan.***

Suara dari Luar Pagar, 2

INI perjalanan kemana? Ketika itu,
kita tidak bertanya. Hidup seperti
dijaga oleh Mandor Cina, menghardik
pekerja malas, abai pada perintah.

Hidup, memang, seperti jalan berlubang,
tak bijak mengelak: kita bakal tumbang!

Dia, yang kita intip dari jeruji tinggi,
tak baca majalah stensil sederhana,
kabar pada halaman dua lembar, kabar
yang kita dengar, riuh dari luar pagar!

Tuesday, May 18, 2010

Suara dari Luar Pagar, 1

[catatan atas catatan lama Rida K Liamsi]

SEPERTI kota itu sedang sibuk bersolek.
Ada pembesar datang tandang? Atau mati?

Aku hanya ingin diam-diam tiba menyelinap,
sembunyi, atau lari, dari alamat sendiri.

Itu dia sepi. Yang lawa dan, ah, bergetah,
melekat di tubuh, seperti keringat keruh!

Aku hanya bisa memandang, dari seberang
Gedung Daerah, merenangi terang cahaya.

Wednesday, May 5, 2010

[KOLOM] You Are Lucky, Luke!

LUCKY Luke adalah kekuatan daya cipta manusia. Pencipta aslinya Morris nama lengkapnya Maurice De Bevere, sudah meninggal dunia pada tahun 2001, tapi koboi berkemeja kuning yang menembak lebih cepat dari bayangannya itu akan abadi, melintas dari generasi ke generasi. Berbeda dengan George Remi yang tak mengijinkan Tintin karakternya ditulis tanpa dia, Lucky Luke dilanjutkan kisahnya oleh komikus dan penulis cerita lain.

Lintas generasi? Saya sudah membuktikannya. Saya mengenal Lucky Luke ketika SMA. Pada masa itu saya sudah sangat rakus membaca. Otak seperti spons kering dengan daya serap luar biasa. Apa saja diserap, apa saja dibaca, dari komik sewaan sampai novel stensilan!

Persewaan buku adalah tempat singgah wajib sehabis sekolah. Kadang ada saja teman sekolah yang baik hati meminjami. Di waktu kuliah - ketika hidup mulai dijalani dengan lebih serius - eh, ternyata saya berada di lingkaran kawan-kawan yang agak nyeni: ramai-ramai menggondrongkan rambut, suka nyanyi dan gitaran, gemar naik gunung, dan di sela-sela himpitan buku diktat tebal kamis masih sempat baca dan mendiskusikan komik Lucky Luke. Saya hanya tidak melakukan satu hal: saya tidak merokok. Terima kasih, Lucky Luke, untuk memberikan alasan saya berhenti merokok. Ya, koboi kita ini berhenti merokok dan mengganti tembakau dengan menggigit sebatang rumput.

Jika ada waktu dan uang lebih saya dan pacar saya (yang kelak jadi istri saya) saya ke Pasar Senen, di Jakarta. Sasarannya satu: pasar buku bekas, dan di sana kami berburu komik Asterix, Smurf dan tentu saja Lucky Luke.

Dengan amat saya sadari, karakter saya antara lain terbentuk oleh Lucky Luke. Dia mengajari saya untuk berani, tak gentar untuk pergi jauh mengembara sendiri, dan di manapun hadir sebagai orang yang menyelesaikan masalah, bukan sebaliknya menyusahkan orang lain, jadi tukang bikin masalah.

Ketika koran Daily Star dihalang-halangi terbit, kertas dibakar, tinta dibuang, Lucky Luke datang menjamin bahwa informasi sampai ke pembaca bagaimana pun caranya: dia jadi wartawan, melatih loper untuk menghapal dan membacakan berita dari rumah ke rumah, sampai mencetak berita di tubuh Jolly Jumper, kuda paling cerdas sedunia, sahabat kesayangannya, kemudian si kuda berkeliling mengetuk rumah pelanggan.

Ketika pembangunan jembatan Mississippi dihalang-halangi oleh pengusaha losmen dan fery penyeberangan, Lucky Luke datang menjaga hingga jembatan itu terbentang. Ia juga yang mengawal pekerja yang memasang kabel telegram melintasi benua Amerika.

Kadang, dalam beberapa serial, Luke dan Jolly ditemani Rantanplan, anjing paling bodoh sejagat raya! Kok bodoh? Si anjing parodi dari anjing cerdas Rin Tin Tin ini, tak pernah becus menjaga penjara yang dihuni penjahat musuh babuyutan: Dalton Bersaudara! Mereka pun selalu lolos.

Dalam beberapa kisah, Luke bertemu dengan legenda zaman koboi sebenarnya Calamity Jane, Billy the Kid, Judge Roy Bean dan geng Jesse James. Juga terlibat di zaman keras saat kawasan barat Amerika dibangun: merebaknya perjudian, perburuan emas, hingga kunjungan artis Prancis Sarah Bernhardt ke Amerika. Saya kira, Morris dengan Lucky Luke-nya memberi arti kata 'komikal' dengan sempurna. Ada kekacauan waktu dalam cerita itu, Luke bisa hidup dengan tokoh-tokoh yang sebenarnya berbeda zaman sampai lima puluh tahun. Ya, demi suka cita, kita maafkan saja kesalahan yang pasti disengaja itu.

Ah, Lucky Luke. Ini memang cuma kisah rekaan. Tapi, bukankah kisah-kisah adalah sarana belajar dan pembentuk mental yang paling mudah tertanam di benak manusia? Saya membuktikannya.

Maka, ketika di Indonesia kini komik itu terbit lagi dalam format yang lebih kecil dan nyaman dipegang, oleh penerbit lain (dulu Indira sekarang Elekmedia) saya tak ragu memilihkan komik ini untuk anak saya. Ikra pun kini keranjingan. Asyik sekali kami mendiskusikan ceritanya: tepatnya saya mendengarkan anak saya yang masih kelas satu SD itu menceritakan ulang kepada saya.

Kalau Anda punya anak lelaki, saya rekomendasikan komik ini. Paling tidak ada beberapa manfaat: anak Anda punya alasan untuk menjadi gemar membaca, dan ada kesempatan untuk berbincang-bincang dengan anak Anda dalam posisi setara. Ikra, saya lihat seru sekali bercerita, seperti dia punya sesuatu yang harus ia banggakan di depan saya, ayahnya.

Lucky Luke mengajari lelaki menjadi lelaki sejati. Ia menghargai persahabatan. Jolly Jumper baginya bukan hewan tunggangan. Jolly adalah sahabat. Maka, dalam adegan yang khas komik, jangan heran kalau mereka berdua, bisa tidur bergantian sambil terus berlari mengejar penjahat.

Di sebuah mal, Ikra melihat DVD baru Lucky Luke. Dari kisah berbahasa Prancis - ini negeri asal Morris - itu, kami baru sama-sama tahu asal muasal Lucky Luke. Dan itu membuat kami semakin respek dan mencintainya.

Lucky Luke - meskipun ia adalah penembak kampiun - tidak pernah membunuh lawannya, kecuali dalam seri pertama komiknya. Ia juga taat hukum. Lawan yang ia taklukkan pasti diserahkan ke sherif. Ini ada sebabnya, sewaktu kanak-kanak ia lolos dari pembunuhan oleh geng bandit yang menewaskan ayahnya (yang ternyata seorang Indian) dan ibunya (wanita kulit putih yang memilih mengikuti hati mencintai si lelaki Indian). Dari situlah John Luke mendapatkan nama. "You are lucky, John. You are lucky!" kata lelaki tua sahabat keluar Luke. Bocah itu pun kelak dikenal dengan nama Lucky Luke.

Pelajaran terpenting dan paling filosofis dari koboi kita ini selalu ditampilkan di panel terakhir di halaman terakhir komik. Lucky Luke dengan Jolly Jumper melangkah ke arah matahari tenggelam sambil berlagu, "I'm a poor lonesome cowboy, and a long way from home...". Ya, pada akhirnya kita semua akan sendiri, bukan? Pun ketika menghadap Tuhan. Terima kasih, Morris. Terima kasih Lucky Luke. ***

Tuesday, May 4, 2010

Adegan di Sebuah Bar yang Miring

: Sri Mulyani Indrawati

SEPERTI pada sebuah bar liar. Barbar!
Kau ke sana dengan pistol yang sabar.

Ada api yang mulai disulut. Dan teriak:
Bakar! Bakar! Kau duduk, teguk airtawar.

Mereka tahu, kau penembak jitu, mereka
tahu. Mereka kira kau tak punya peluru!

Ada bahana ringkik kuda menjemput di luar.

Kami, orang-orang lapar, di kota hingar,
tak bisa bertanya pada sherif terakhir,
seperti sudah lama ia mati, tak berkubur.

Para begundal itu menembaki mulut sendiri!

Sajak Seorang Lelaki sebagai Seorang Koboi

AKU akan gagal memahami nasib, tak makin mahir berjudi,
kalah, senantiasa, lalu terusir ke jauh, melarikan luka.

Tapi, aku tak bisa pergi - hanya semakin pandai sembunyi,
di Negeri bermusim ganjil ini: musim menyulutkan amunisi!

Adapun Cinta: itu adalah kaktus liar, di gurun tak datar,
tumbuh di hati, terus menusukkan duri, sebelum nanti akan
ada satu Bunga mekar, sebentar, lalu dipetik badai pasir.

Aku bisa lekas membedakan merah: yang darah, yang getah.

Aku petualang, pulang, setelah kujemput seribu surat,
yang dulu kukirim dari asal Alamat, sebelum berangkat.

Dan tak ada Hotel di kota ini, kereta selalu terlambat.

Tak ada rumah. Aku hanya ingin singgah. Semacam ziarah.
Di makam dua manusia, yang mati meyatim-piatukan aku,
direnggut sekawanan panas-peluru, berpemicu bara-batu.

Apakah kita akan ketemu, O, gadis yang mencuri mulutku,
di siang bahang, di jeda kelas, di belakang sekolah itu?

"Bercukurlah, Lelaki!" Ah, kenapa mesti gemetar, Tolol!
Karena kau dengar perempuan bermulut selongsong pistol?

Aku mesti berlatih menjadi setangkas koboi di komik itu,
berlari lebih cepat, dari kejaran bayangan kau dan aku!