Tuesday, March 20, 2007

[Proyek 100 Soneta Neruda # 014] Dari Zarah ke Zuhrah

 Saya terpesona pada bait awal sajak ini. Terpesona pada kata apa yang hendak kupadankan pada "grano" dan "planeta", "seed" dan "planet". Saya memilih "zarah" dan "zuhrah". Zarah adalah renik, benda teramat kecil. Zuhrah adalah nama lain untuk planet Venus.

Saya kira yang diinginkan oleh Neruda ungkapan perjalanan ke hakikat inti, dan ke keluasan alam semesta. Saya kira, zarah dan zuhrah sudah dengan baik mewakilinya. Paling tidak, bila kelak atau sudah ada orang lain yang menerjemahkan sajak ini, dia tidak akan atau belum memakai kedua kata itu.

Soneta ke-28

Kekasih, dari zarah ke zarah, dari zuhrah ke zuhrah
angin dengan jejalanya melewati negeri yang kelam,
menyaksikan perang dengan sepatu berdarah,
atau bahkan juga siang, dengan membadai malam

Kemanapun kita pergi, pulau, titian atau bendera,
di sana ada arak-arak biola musim semi, renda-peluru.
kebahagiaan itu bergema di tepi gelas anggur;
dan nestapa menawan kita, mengajarkan air mata.

Angin tercambuk, melintas di semua republik ini
ruang depan yang angkuh, rambut sedingin sungai beku
bunga-bunga itu kelak kembali jua, ke ladang kerja.

Tapi tak ada musim gugur yang pucat menyentuh kita.
Di wadah yang tabah, sebentuk cinta berkecambah,
seperti hak mutlak yang diberi pada embun untuk ada.

Soneto XXVIII

Amor, de grano a grano, de planeta a planeta,
la red del viento con sus países sombríos,
la guerra con sus zapatos de sangre,
o bien el día y la noche de la espiga.

Por donde fuimos, islas o puentes o banderas,
violines del fugaz otoño acribillado,
repitió la alegría los labios de la copa,
el dolor nos detuvo con su lección de llanto.

En todas las repúblicas desarrollaba el viento
su pabellón impune, su glacial cabellera
y luego regresaba la flor a sus trabajos.

Pero en nosotros nunca se calcinó el otoño.
Y en nuestra patria inmóvil germinaba y crecía
el amor con los derechos del rocío.



Sonnet XXVIII

Love, from seed to seed, from planet to planet,
the wind with its net through the darkening nations,
war with its bloody shoes,
or even the day, with a thorny night.

Wherever we went, islands or bridges or flags,
there were the violins of the fleeting autumn, bullet-laced;
happines echoing at the rim of wineglass;
sorrow detaining us, with its lesson of tears.

Through all those republics the wind whipped ---
its arrogant pavillions, its glacial hair;
it would return the flowers, later,to their work.

But no withering autumn ever touched us.
In our stable place a love sprouted, grew:
as rightfully empowered as the dew.