Tuesday, March 13, 2007

[Proyek 100 Soneta Neruda # 007] Dari Armenia Hingga Srilanka

 INI soneta pertama dalam penggal ketiga "Mediodia" alias "Petang" alias "Afternoon". Pasti ada tema yang mengaitkan sajak-sajak dalam tiap penggalan-penggalan itu. Saya belum tahu apakah itu. Yang sementara terbaca adalah kehebatan Neruda menata, memberdayakan dan mengendalikan tiga hal: pengalaman, imajinasi dan perasaan.

Pengalaman mudah terlupa, imajinasi bisa mandul tak bisa melambung tinggi, dan perasaan tak selalu naik pasang. Neruda - dari sajak-sajaknya di buku ini - bisa menarik lagi pengalaman di masa lalunya dari Armenia hingga Srilanka, dan menjaga perasaannya terus-menerus dalam gejolak gairah dan imajinasinya tetap saja liar dari sajak ke sajak.

Tanpa tiga hal itu, penyair manapun akan menyerah dan berdalih klasik bahwa kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas. Neruda tidak, dia menulis dengan kuantitas tak tertandingi dan kualitas yang bertaraf tinggi.


Soneta ke-33

Kekasih, sekarang, mari pulang ke rumah kita
di mana liana merambat merimbuni tangga:
sebelum engkau, kamar tidur ini telah menerima
musim panas yang telanjang pada akar madreselva.

Kecupan nomaden kita mengembarai dunia:
Armenia, kental tetes madu di penggalian kuburan
Srilanka, punai hijau, dan Yang Tsé memisahkan
siang dari malam, dengan ketabahan yang purba.

Dan kini, kekasih, kita kembali, menempuh laut berdedas
bagai dua burung buta menuju dinding karang,
ke sarang, dari musim semi nun jarak di sana,

karena cinta tak bisa terbang tanpa sejenak hinggap,
kehidupan kita kembali jua ke dinding, ke karang lautan,
dan kecupan kita pulang jua ke ranah kita berumah.



Soneto XXXIII

Amor, ahora nos vamos a la casa
donde la enredadera sube por las escalas:
antes que llegues tú llegó a tu dormitorio
el verano desnudo con pies de madreselva.

Nuestros besos errantes recorrieron el mundo:
Armenia, espesa gota de miel desenterrada,
Ceylán, paloma verde, y el Yang Tsé separando
con antigua paciencia los días de las noches.

Y ahora, bienamada, por el mar crepitante
volvemos como dos aves ciegas al muro,
al nido de la lejana primavera,

porque el amor no puede volar sin detenerse:
al muro o a las piedras del mar van nuestras vidas,
a nuestro territorio regresaron los besos.



Sonnet XXXIII

Love, we're going home now,
where the vines clamber over the trellis:
even before you, summer will arrive,
on this honesuckle feet, in your bedroom.

Our nomadic kisses wandered over all the world:
Armenia, dollop of disisterred honey----:
Ceylon, green dove ---- : and the Yang-Tse with its old
old patience, dividing the day from the night.

And now, dearest, we return, across the crackling sea
like two blind birds to their wall,
to their nest in a distant spring:

because love cannot always fly without resting,
our lives return to the wall, to the rock of the sea:
our kisses head back home where they belong.