Friday, March 23, 2007

[Proyek 100 Soneta Neruda # 015] Kolokasi Garam Hingga Pesawat Terbang

Perlu dua hari menyelesaikan sajak ini. Diselingi dengan kehilangan bait pertama, karena saya belum simpan data, ketika istri saya tak sengaja mematikan stop kontak. Laptop mati sendiri. Baterainya hanya tahan bertahan dua menit. Ini laptop bekas, Pentium I. Dulu belinya senilai Rp1.200.000. Itupun tukar tambah dengan laptop lama yang dihargai Rp800.000. Bagaimana dengan laptop anggota DPR yang dianggarkan Rp22 juta itu ya? :-)

Toh, saya lebih beruntung daripada Neruda yang cuma pakai pena bertinta hijau atau mesin ketik. Hehe. Tapi, ya susah juga merasakan apa yang padu pada garam biru, lebah, laut, madu semesta, matahari, pelangi, minyak bumi, limau, dan pesawat terbang. Uh, Neruda, apa Matilda-mu itu mengerti bahwa engkau memujamu dengan semua kolokasi itu?

Soneta ke-19

Seraya ketika buih raksasa, buih laut di Isla Negra,
garam biru, matahari di ombak itu membasahkanmu,
aku menyaksikan lebah-lebah itu bekerja
cuma mencandu satu, madu, semesta madu.

lebah datang dan terbang, menyelaras pucat sayap
seakan ia tergelincir pada kawat yang tak tertatap
tari yang meliuk elok, pinggang melenggang kehausan
dan sengat ganas itu menghunuskan pembunuhan

Warna limau dan minyak bumi membusurkan pelangi,
ia mengejar, seperti pesawat menyeruak di semak,
dengan kabur kabar, terbang memutar, lalu memudar

seraya ketika kau bangkit menyibak laut, telanjang,
kembali ke dunia penuh garam dan matahari,
bergaung patung dan pedang di hampar pasir.



Soneto XIX

Mientras la magna espuma de Isla Negra,
la sal azul, el sol en las olas te mojan,
yo miro los trabajos de la avispa
empeñada en la miel de su universo.

Va y viene equilibrando su recto y rubio vuelo
como si deslizara de un alambre invisible
la elegancia del baile, la sed de su cintura,
y los asesinatos del aguijón maligno.

De petróleo y naranja es su arco iris,
busca como un avión entre la hierba,
con un rumor de espiga vuela, desaparece,

mientras que tú sales del mar, desnuda,
y regresas al mundo llena de sal y sol,
reverberante estatua y espada de la arena.



Sonnet XIX

While the huge seafoam of Isla Negra,
the blue salt, the sun in the waves spalsh over you,
I watch the bee at its work,
avid in the honey of its universe.

It comes and it leaves, balancing its straight pale flight
as if it slid on invisible wires:
its elegant dance; its thirsty waist,
the assasinations of its mean little needle.

Through an orange-and-gasoline rainbow
it hunts, like an airplane ini the grasses;
it flies with a hint of a spike; it disappears;

while you come naked out of the sea
and return to the world full of salt and sun:
reverberating statue, sword in the sand.