Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.
Sunday, November 16, 2003
Bermain Kertas Bersama Ikra
Ikra Bhaktiananda, Oktober 2003
/1/
kertas itu tidak pernah benar-benar kosong kan? ada
yang selalu bersembunyi di antara lipatan-lipatannya, ada
yang senantiasa ada:di celah-celah robekan-robekannya,
di tepi potongan-potongannya, di balik warna putihnya,
di antara bunyi kereseknya.
Ada yang terus-menerus memikat dan selalu ingin
didengar bisikannya, diberi mimpi tentang sebuah
negeri dan orang-orangnya yang saling bercerita
tentang tangan-tangan awan yang menggendongmu
sambil terus benyanyi dan menari perlahan-lahan.
/2/
- kertas bisa dilipat jadi kapal terbang, Bah?
+ bisa, nanti kita terbang ke awan mencari
rumah kita yang sabar menunggu dengan
pintunya terbuka, alangkah luas tamannya.
- kertas bisa dibikin jadi burung juga kan, Bah?
+ ya, burung yang menjadi penuntun kapal terbang kita
menyusuri jejak di langit hingga sampai ke rumah
kita di awan, lalu hinggap di pohon menunggu
kemana saja perjalanan kita berikutnya.
- kalau bikin kapal laut bisa juga?
+ kapal laut kita ada di dermaga, ya. nanti kita
gambar lautan di kertas lainnya. nanti kita
berlayar bersama, mencari laut yang menguapkan
airnya, menjadi rumah awan kemana kita pulang
setelah menambatkan kapal itu kembali di dermaga.
/3/
selembar kertas putih kulipat rapi dalam ingatan
di antara tekukannya, kuselip nama-nama. Dan
kadang aku ingin sekali, ikut sembunyi di sana
menyusup hilang, diam di serat-seratnya. Tapi
belum kutemukan juga sebuah pena, untuk
memberi titik pada kalimat tak selesai, yang
sudah lama ada disana, berulang kali kubaca
berulang kali kudengar dia sebut namaku, juga
pernah sekali waktu, dia datang sebagai surat kilat
pengirimnya tanpa Nama, alamatnya Entah. Tapi
hei kertas, siapa yang menggambar peta ini?
"Lho, bukankah itu jejakmu sendiri, Saudara?"
Nov 2003