Bagi seruan dari kedai minum yang tegak, bangkit
Takut tak terpisahkan, bijaklah, bijaklah
Bagimu pesta besar, jadi hadiah, jadi hadiah
Jiwa yang kepayang, jangan, jangan pandang rendah
Engkau juga reguk anggur ini, menemu yang sembunyi
Rupa Wajah Tuhan adalah ketakjuban yang dirindukan
Engkau semua mabuk, air di mata bersimbah
Seperti pijar matahari, menyalakan langit malam
Di sini, tempat semua kebajikan, keharuan
Kasih, kejelitaan, keanggunan, kegairahan,
Tak ada takut, tak ada takut di ranah Kebijakan
Di kedai segala dosa ini, kemaafan Tuhan tertebar
Bagi setiap derita, Kasihnya adalah penyembuhan
Hakim di kedai ini memaafkan semua pelanggaran.
Pujilah kebebasan
Pujilah Wahyu Tuhan
Pujilah penobatan jiwa
Pujilah sorak suka ria
Pujilah kebanggaan negeri
Lambang Kedalaman cinta ini
Yang memberi insprirasi puisi
Ke rumah ini, rumah yang memabukkan.
* Dari Diwani Shams Tabriz,
Jalaluddin Rumi, Syair ke-41,
(Judul dari HA)