Apakah yang buruk dan yang baik bagi puisi? Seperti apakah puisi buruk? Seperti apakah puisi yang baik? Mula-mula tentu estetika yang harus kita ajak bicara. Karena puisi bangkit bermain di ranah kesenian. Mula-mula tentu keindahan yang harus dikedepankan. Karena seni pada hakikatnya bekerja membangun ulang hidup dalam bentuk tiruan yang diupayakan ada keindahan padanya. Mula-mula tentu kepekaan rasa yang harus diutamakan ketika kita hendak bersentuhan dengan yang indah-indah. Membawanya keluar yang dari rutin kepada yang baru yang berbeda yang tidak membangkitkan jenuh bosan.
Pertanyaannya, bisakah estetika, keindahan, dan perasaan disistemasikan? Bisakah itu dibuat batasan-batasannya? Bisa. Tapi, sistemasi dan batasannya seharusnya bisa melar seperti karet gelang. Yang bisa ketat membatasi, bisa juga meregang memberi ruang yang lebih lebar.
Jadi apakah buruk dan baik pada puisi? Bacalah sebanyak-banyaknya puisi karya penyair-penyair terdahulu. Bacalah tulisan-tulisan yang membahas puisi-puisi. Baca saja. Kita boleh tidak setuju kalau puisi yang dibilang baik di bacaan itu, buruk bagi kita. Atau sebaliknya. Atau setuju pun dengan pembahasan itu tentu boleh saja. Bacalah definisi-definisi dan rumusan-rumusan baik buruk puisi. Misalnya dari Oscar Wilde. Semua puisi yang buruk, katanya, bangkit dari perasaan yang asli apa adanya. Menulis yang alami adalah menulis yang jelas nyata. Dan yang jelas nyata itu tidak artistik. Tentang puisi yang baik, kata ini dari William Wordsworth, adalah aliran seketika dari perasaan yang kuat bertenaga: yang mengambil sumbernya dari emosi yang diraih kembali dalam keadaan yang setenangnya.
Puisi baik, puisi buruk. Apakah keduanya telah merumuskan sesuatu? Apakah mereka telah membuat batasan yang kaku? Tidakkah ada yang beradu kepala dalam kedua rumusan itu? Kita boleh setuju padanya, boleh juga membantahnya, pun boleh membuat rumusan sendiri. Bingung pun boleh juga. Jadi? Menyairlah saja, nanti dulu membuat batasan-batasannya. [ha]