Tentang Seorang yang Berjalan
ke Tempat Pemungutan Suara
(Catatan 5 April 2004)
"Tuhan, berikanlah suara-Mu kepadaku." --- Goenawan Mohamad
/1/
Dia mengingat-ingat lagi nama itu.
Sambil terus berkeras melupakan
nama sendiri. Namanya sendiri.
"Aku muara yang tak pernah diberi nama,
tempat singgah dan lalu semua perahu
ke segala tuju, ke semua tipu.
Hanya sementara, sebelum pasang
datang mengapungkan kecewa,"
ujarnya semakin dekat dengan
tempat pemungutan suara.
/2/
Dia terus mengingat lagi nama itu.
Nama yang diingatnya dengan koma,
lalu disebutnya juga nama sendiri dalam
tanda kurung dan sebaris titik yang panjang,
tanpa tanda tanya. Selalu saja,
ada kecewa itu setelah titik dua.
"Adakah tanda baca lain? Yang tidak
berwarna, yang tak ada dalam gambar,
yang bisa diingatnya tanpa mengenang
putus asa yang dulu kerap terbaca,"
ujarnya sambil terus berjalan ke
tempat pemungutan suara.
/3/
Dia terus berjalan ke tempat
pemungutan suara. Pagi. Matahari.
Tanggal tanggung. Iklan kampanye,
disapanya bayang-bayang sendiri,
"Siapa namamu, Saudara?" dan dia
semakin meragukan nama-nama
yang meminta diingat. Nama
yang kerap disebut-sebut sendiri
oleh pemiliknya. Nama mereka yang
mengaku kelak bisa menghapus atau
memberi garis bawah pada namanya
sendiri. Nama yang...
"Ah, padahal aku sudah lama
seperti kau, Bayang-bayangku,
sudah lama tak lagi peduli
pada nama kita sendiri,"
ujarnya sambil terus berjalan
ke tempat pemungutan suara.
April 2004