Sunday, April 4, 2004

Tentang Seorang yang Berjalan

ke Tempat Pemungutan Suara


(Catatan 5 April 2004)



"Tuhan, berikanlah suara-Mu kepadaku." --- Goenawan Mohamad



/1/



Dia mengingat-ingat lagi nama itu.

Sambil terus berkeras melupakan

nama sendiri. Namanya sendiri.



"Aku muara yang tak pernah diberi nama,

tempat singgah dan lalu semua perahu

ke segala tuju, ke semua tipu.

Hanya sementara, sebelum pasang

datang mengapungkan kecewa,"

ujarnya semakin dekat dengan

tempat pemungutan suara.



/2/



Dia terus mengingat lagi nama itu.

Nama yang diingatnya dengan koma,

lalu disebutnya juga nama sendiri dalam

tanda kurung dan sebaris titik yang panjang,

tanpa tanda tanya. Selalu saja,

ada kecewa itu setelah titik dua.



"Adakah tanda baca lain? Yang tidak

berwarna, yang tak ada dalam gambar,

yang bisa diingatnya tanpa mengenang

putus asa yang dulu kerap terbaca,"

ujarnya sambil terus berjalan ke

tempat pemungutan suara.



/3/



Dia terus berjalan ke tempat

pemungutan suara. Pagi. Matahari.

Tanggal tanggung. Iklan kampanye,

disapanya bayang-bayang sendiri,

"Siapa namamu, Saudara?" dan dia

semakin meragukan nama-nama

yang meminta diingat. Nama

yang kerap disebut-sebut sendiri

oleh pemiliknya. Nama mereka yang

mengaku kelak bisa menghapus atau

memberi garis bawah pada namanya

sendiri. Nama yang...



"Ah, padahal aku sudah lama

seperti kau, Bayang-bayangku,

sudah lama tak lagi peduli

pada nama kita sendiri,"

ujarnya sambil terus berjalan

ke tempat pemungutan suara.



April 2004