Lalu, hanya ada sebisik kata yang tersisa.
Itupun tak cukup untuk mulai menuliskan,
sekalipun sebuah sajak paling sederhana.
Pena di tangan masih erat. Ia pertahankan.
Semua memang senantiasa meragukan:
peta tanpa arah utara, rambu berdusta,
dan pemandu yang pulang berbalik jalan,
setelah memberi peringatan, "Tidak ada!"
Dia menoleh lagi ke bawah ke kaki sendiri.
Mengingat-ingat ketika langkah pertama.
Perjalanan dari sepatu ke sepatu. Kembali?
Masih jauh. Sebab malam masih 'kan lama....
April 2004