/1/
"yang kini meringkuk
dalam kepompong itu
dia bukan lagi kupu-kupu,
tentu, tapi apakah dia
sedang rukuk? atau tidur
nyenyak dikutuk kantuk?"
kataku.
"maaf, kau ajukan kepada
siapa pertanyaan itu?"
katamu.
"bukan, bukan untukmu.
aku sedang membaca
pesan di handphone-ku,"
kataku.
/2/
"yang tertulis di kartu
yang kau beri kepadaku itu,
aku kira itu alamatmu,
dan nomor handphone-mu,"
kataku.
"Ya, seperti yang
tertera di situ,"
katamu.
"tapi, apakah itu namamu?"
kataku.
"Cocokkan saja dengan
kartu namamu," katamu,
lalu, "kau lupa, ya? dulu
kau pernah memberiku
sebuah kartu nama?"
"Oh, ya?"
kataku.
/3/
"maaf, rasanya kita
pernah bertemu?"
katamu kepadaku.
"ya, di toko handphone,
kan?" jawabku.
"oh, ya, waktu itu kita
sama-sama hendak
mengisi pulsa,"
katamu.
"ah, aku kira tidak.
aku cuma ingin mencari
ringtone yang merdu,
yang mengingatkanku
pada nyanyi ibuku
ketika dulu dia
menidurkanku,"
kataku.
"Ah, masak sih?"
katamu.
"ya, tapi waktu itu kau
juga menyapaku
dengan kalimat yang sama,
maksud saya dengan 'maaf'
dan dilanjutkan dengan 'rasanya
kita pernah bertemu',"
kataku.
"lalu?"
katamu.
"lalu, Saudara, memang tak
mudah untuk menipuku,"
kataku.
April 2004