Sajak Rainer Maria Rilke
Engkau hilang, sejak kita baru memulai,
Kekasih, engkau yang tak pernah sampai,
Aku tak tahu apa lagu, yang membujukmu terbuai.
Aku tak lagi hendak, mencoba mengengenalmu banyak,
sejak masa yang kelak, datang serentak menyentak.
Segalanya, membayang-bayangiku, di jauh jarak itu,
apa yang telah berlaku, lansekap, kota, menara dan
jembatan, dan jalan lintas angin yang tak tertebak
dan pulau-pulau itu, sekali terkembang melesat
tumbuh mahadahsyat bersama dewa-dewa:
tumbuh memberi makna bagiku,
dan bagi engkau yang menghindar dari pandangku.
Ah, engkaulah dulu taman-taman itu,
Ah, aku menatapimu dengan semacam harap.
Ada jendela terbuka di rumah desa - dan engkau
di sana ada: nyaris saja ada. Dekat gapaiku,
engkau yang tafakur termangu.
Jalan-jalan yang ketelusuri, engkau juga ada
di sana, berjalan ke arah lurus,
dan sesekali, di kaca cermin kedai itu
masih berkelebatan engkau, memeranjatkan,
dan serta merta membawa kembali bayangku sendiri.
Siapa juga yang kelak tahu, bila burung yang sama
tak berkicau di sana, terbang di atas kita, kemarin,
lalu memisah, di senja kala?
Beloved
You, lost from the start,
Beloved, never-achieved,
I don't know what melodies might please you.
I no longer try, when the future surges up,
to recognise you. All the vast
images in me, in the far off, experienced, landscape,
towns, and towers and bridges and un-
suspected winding ways
and those lands, once growing
tremendous with gods:
rise to meaning in me,
yours, who escape my seeing.
Ah, you were the gardens,
ah, I saw them with such
hope. An open window
in a country house - and you almost appeared,
near me, and pensive. Streets I discovered -
you'd walked straight through them,
and sometimes the mirror in the tradesman's shop
was still dizzy with you and, startled, gave back
my too-sudden image. - Who knows, if the same
bird did not sound there, through us,
yesterday, apart, in the twilight?