Tuesday, April 6, 2004





Sebabak Drama

pada Suatu Pagi

di Sebuah Taman

tak Bernama






(Beginilah, sebabak hidup dimulai)



Kupu-kupu:



Selamat pagi,...



Mawar:



Ah, kau lagi, selamat pagi.



Kupu-kupu:



Seperti sejak kukenal kau,

pagi ini kau indah sekali.



Mawar:



Hmm, rayuanmu. Masih

seperti sejak kukenal

Engkau.



Kupu-kupu:



Bolehkah kita bertukar

satu petalmu, dengan

sesobek sayapku?



Mawar:



Jangan, terlalu tak

seimbang tawaranmu itu.



Kupu-kupu:



Tapi, aku rela. Sayap burukku

membuat aku malu. Bayangkan

betapa bangganya aku terbang

dengan menebar aroma wangimu.



Mawar:



Jangan, jangan. Sebaiknya

seperti selama ini saja.

Kau datang ke sini. Kita

bertukar cerita. Kau dengan

petualanganmu, dan aku dengan

perenunganku di taman ini.



Kupu-kupu:



Ah, mungkin aku terlalu memaksa,

tapi toh petal-petalmu kelak luruh,

kenapa tidak kau beri kesempatan

aku mengabarkan indahnya kepada

dunia di luar taman ini?



Mawar:



Jangan.Jangan. Biar begini saja.

Bolehkan aku menawarkan sesuatu

selain yang kau minta?



Kupu-kupu:



Apakah itu?



Mawar:



Ssst, di dadaku, ada madu.

Yang termanis dari yang pernah

kuramu. Ambillah, aku rela

kau habiskan itu untukmu.



Kupu-kupu:



Itu saja?



Mawar:



Apa lagi yang kau minta?



Kupu-kupu:



Izinkan kau meletakkan

telur-telur anak-anakku,

di hangat dedaunanmu.



Mawar:



Silakan saja, kalau kau percaya.



Kupu-kupu:



Terima kasih.

Aku selalu percaya

padamu.



(Begitulah, sebabak hidup dijalani)





April 2004