Perlombaan Menulis Puisi
tentang Seorang Presiden
Sang penjaga kamar mayat
menulis sebaris kalimat:
Presiden adalah...(lalu
dia teringat, berpuluh mayat
tersimpan di ruang pendingin
tanpa nama, tak ada yang akan datang
menjemput, kecuali catatan sekadarnya,
sebab-sebab kematiannya). "Mereka
harus dimakamkan segera..."
Seorang penyiar radio digoda oleh
bait-bait puisi di benaknya. Lalu
dia menulis: Presiden adalah ...
(dia pun mengingat-ingat lagi,
kalimat-kalimat analisa para
pengamat yang dia wawancarai, dia
pun membayangkan lagi, wajah mereka
yang enggan menyebut nama sendiri,
yang berkata, "saya hanya menyimpan
satu suara, hanya satu suara, yang hendak
kuberikan nanti ketika kusebut sepasang
nama, nama yang tidak mengenal saya.
Setelah itu aku tak punya apa-apa."
Seorang anak TK, memainkan crayonnya
gambar manusia yang sangat sederhana.
Yang tidak merujuk ke siapa-siapa. Yang
tak bernama, dipenuhi seluruh warna.
Kepada ayahnya dia minta dituliskan
kata-kata: "Ini presiden kita..."
Ayahnya tertawa teringat puisi yang
hendak ditulisnya. Lalu berkata
kepada anakknya, "Aku kirim gambar
ini nanti ke panitia lomba mewarnai.
Semoga jurinya tidak buta warna."
April 2004