aku kira, bila telah singgah di negeri senja
aku tak akan ingin terpesona. Sebab semula
kukira, jingga itu hanya aba-aba langit, sebelum
tangan-tangan malam mengulur merangkum
kau tahu? memang pernah ada senja dahulu,
senja yang begitu sabar menjawab takjubku,
yang tidak pernah terburu-buru, senja yang
membuka tangan. Membujuk, "Mari berpegang..."
lalu aku kehilangan senja. Lalu, aku tak tahu
apakah ia juga merindukan pertemuan kami
yang tak terburu dan tak kekurangan waktu.
Lalu, kau tahu? Pun aku kehilangan sendiri...
maka aku kira, ketika sampai di negeri senja
aku tak akan hendak terkesima. Karena kurasa
kami tak lagi sempat bertukar tegur. Ia bergesa
terburu, juga aku. Tangan kami, letihnya betapa
Des 2003