Syair Rabindanath Tagore
Ibu, mereka yang tinggal di atas awan
memanggil-manggil namaku kesana --
"Kita bermain, sejak saat kita bangun,
hingga ujung hari, hingga berakhir hari.
Kita bermain dengan fajar keemasan,
kita bermain dengan bulan keperakan."
Tapi aku bertanya, "Bagaimana aku bisa
sampai ke sana? Dan mereka menjawab,
"Datanglah ke ujung bumi, kembangkan
kedua tanganmu ke langit, dan engkau
akan terangkat hingga sampai ke awan."
"Tapi ibuku menantiku di rumah," kataku.
"Bagaimana bisa aku meninggalkannya?"
Lalu mereka tersenyum melayah menjauh.
Tapi, aku tahu permainan yang lebih
asyik daripada permainan tadi, Ibu.
Aku jadi awan, engkau jadi bulan.
Aku akan selumuti engkau dengan kedua
tanganku, bumbung rumah kita langitnya.
Mereka yang tinggal di gerak ombak-ombak---
berseru memanggil-manggil namaku ke sana.
"Kita bernyanyi-nyanyi pagi hingga petang hari;
kau di punggungku, kita bergian tanpa tahu tuju."
Tapi aku bertanya, "Bagaimana aku bergabung
denganmu?" Kata mereka, "Datanglah ke ujung
pantai dan berdiri di sana dengan mata rapat
mengatup, dan engkau dibawa ke atas ombak."
Tapi kataku, "Ibuku selalu ingin aku ada di rumah
setiap petang--bagaimana aku bisa pergi darinya?"
Lalu mereka tersenyum, berdansa dan berlalu.
Tapi aku tahu ada permainan yang lebih baik.
Aku akan jadi ombak dan engkau pantai asing.
Aku akan bergulung dan bergulung, menghempas
dalam pangkuanmu dengan riang dengan tertawa.
Dan tak ada seorang pun di dunia
yang tahu dimana ada kita berdua.
* Dari The Crescent Moon, syair ke-14 (Clouds and Waves).