Syair Rabindranath Tagore
Setelah bersama bukuku sepanjang pagi, Ibu
Sungguh aku ingin berhenti sebentar belajar.
Katamu, ibu, inikan baru jam dua belas siang.
Tapi mungkin tak lagi, sebab bisakah kau pikir
ini sore hari meskipun baru pukul duabelas?
Bisa dengan mudah kubayangkan, sekarang
matahari mencapai ujung sawah itu, dan nelayan
perempuan sedang memetik pucuk-pucuk untuk
makan malamnya, nun di sana di sisi telaga.
Maka kututup saja mataku dan menerawangkan
bayang-bayang berkembang semakin gelap
di bawah pohon madar itu, dan permukaan air
di telaga itu tampak hitam berkilau-kilauan.
Bila pukul dua belas bisa mendatangi malam hari,
kenapa malam tak bisa tiba di pukul dua belas?