Thursday, April 12, 2007

[Ruang Renung # 187] Sajak, Cinta dan Penyair.

1. Apabila kau mempermainkan cinta, untuk mendapatkan ilham bagi puisi-puisimu, itu artinya kau sebenarnya juga sedang memperolok-olok puisi-puisimu, dan merendahkan dirimu sendiri.

2. Apabila kau memanfaatkan puisi untuk mendapatkan cinta, maka kau akan kehilangan keduanya: kau tak akan pernah mendapatkan cinta sejati, dan puisimu hanyalah sekedar puisi palsu.

3. Tuliskanlah sajak-sajak cinta terbaikmu bagi orang yang benar-benar kau cintai. Karena cintamu, kau akan menghasilkan sajak-sajak sejati, dan kemudian karena sajakmu itu, dia yang kau cintai tahu betapa murni cintanya engkau padanya.

4. Cinta dalam sajak cinta sebaiknya dihadirkan tidak hanya dalam tubuh sajak, tetapi yang terbaik adalah ia juga hadir mengada dalam jiwa sajak.

5. Bagaimanakah cara memuji orang yang kau kasihi di dalam sajak cinta? Caranya, jangan pujian itu merendahkan dirinya di hadapanmu, dan jangan pula merendahkan dirimu di hadapannya. Pujianmu harus mendekatkan dirimu dan dirinya.

6. Sajak cinta tidak hanya berisi pujian. Sajak cinta harus dapat menempatkan cinta itu di tempat terbaik dalam kehidupan. Cinta tempatnya memang di dalam kehidupan yang luas, jangan sampai sajak cinta menjauhkan cinta dengan menyempitkannya di dalam cinta itu saja.

7. Ketika kau menulis sajak cinta karena kau mencintai dia, dan dia juga saat itu mencintaimu, maka kau mestinya tetap bisa menuliskan sajak cinta karena kau tetap mencintai dia, walaupun dia dengan alasan yang bisa kau terima, tidak lagi bisa meneruskan cintanya padamu.

8. Kepada orang yang kau cintai dengan tulus, dan dia pun tulus mencintamu, sajak terbaik yang bisa kau berikan adalah: Cintamu! Ya, cintamu itu.

9. Pada dasarnya seluruh sajak digerakkan oleh Cinta. Sajak tentang kematian adalah penghayatan atas kecintaan kepada kehidupan. Sajak tentang negeri yang buruk adalah pernyataan cinta agar negeri buruk itu menjadi lebih baik. Apatah lagi sajak tentang Cinta.

10. Sajak adalah pernyataan Cinta penyair kepada kehidupan yang ia cintai, ia hayati, ia beri makna pada setiap jejak yang di mata orang yang tidak mencintai kehidupan adalah jejak yang sia-sia yang tak berharga utnuk diberi makna.

11. Penyair dan sajak seharusnya dipertemukan oleh Cinta. Tanpa cinta penyair dan sajak masih bisa hidup bersama. Tetapi sajak yang dihasilnya adalah sajak yang berpura-pura, dan penyair yang hidup bersama sajak yang berpura-pura adalah penyair yang sibuk berpura-pura betapa ia mencintai sajaknya. Padahal dengan membaca sajaknya saja orang sudah langsung bisa menyimpulkan kepura-puraan cinta si penyair pura-pura itu.