Monday, April 9, 2007

[Ruang Renung # 184] Melapukkan Daun, Kelopak dan Ranting

PENYAIR adalah dia yang duduk di sebuah kursi di bawah pohon berbunga. Dedaunan jatuh, ia pandangi. Kelopak jatuh, ia perhatikan. Ranting patah, ia saksikan. Beberapa daun, kelopak dan ranting ia pungut, ia kumpulkan.

"Sajak yang baik bukanlah, rangkaian dari daun, kelopak dan ranting yang saya pungut ini," katanya. Dan ia benar. Sehebat apapun dia merangkaikannya, rangkaian tadi tetaplah benda mati. Dia pernah ada di pohon itu, tapi dia tak lagi hidup bersama pohon itu.

Sajak yang baik dihasilkan ketika dia kumpulkan serasah dedaunan, jatuhan kelopak, dan patahan ranting. Lalu dia menunggu, ia lapukkan menjadi humus. Pada humus yang menuju kematangan, masih bisa dibedakan mana bahan yang berasal dari daun, kelopak, dan mana yang berasal dari ranting.

Pada humus yang sempurna, tak penting lagi bagi kita untuk membeda-bedakan bagian-bagian itu. Yang penting adalah humus bisa ditaburkan kembali ke pohon asal darimana dia berasal atau pohon lain, atau disebarkan untuk menyuburkan rerumputan. Sama saja, humus akan menyuburkan tanaman apa pun.