BERPUISIKAH dahulu atau berteori puisi?
   ARISTOTELES, si pemikir Yunani itu, ada menulis sebuah buku The Poetic. Tulisan itu bisa dibaca dalam bentuk buku-el (e-book) di situs Project Gutenberg (http://gutenberg.net). Aristoteles menulisnya di tahun 330 sebelum masehi.
   UPAYA menerjemahkan risalah itu ke dalam bahasa Inggris oleh para pakar bahasa dan literatur sungguh berat. Di antara sepuluh kata dalam satu halaman naskah asli buku itu, jarang bisa ditemukan satu saja yang punya padanan pasti dalam bahasa Inggris. Waktu dan perubahan budaya sudah membuat jarak penerjemahan itu semakin menjadi teluk yang lebar da dalam.
   TETAPI satu hal yang tetap bernilai adalah bahwa The Poetic merupakan sebuah pencapaian kecendekiaan; sebuah pengekal informasi tentang literatur Yunani di masa itu; juga menjadi sebuah wawasan kritik seni yang klasik. Aristoteles tidak lagi melihat puisi sebagai sebuah inspirasi yang tak bisa dianalisa.
   RISALAH The Poetic mencoba dengan metode yang rasional menerokakan apakah yang disebut indah dan kenapa dianggap indah dalam seni - termasuk puisi tentu saja. Tetapi tentu saja, kini teori-teori dalam karya Aristoteles itu banyak yang tak relevan lagi
   ARTINYA, bagi seorang Aristoteles yang pemikir, dia bekerja menyusun teori di atas karya-karya yang ditulis pujangga lain. Jadi masih ada peluang untuk memilih, menjadi pujangga - tanpa atau dengan pengetahuan tentang teori yang sudah ada - atau menjadi penyusun teori dengan mengkaji seluruh karya yang sudah ada. Atau menjadi keduanya.
   DAN tantangannya adalah bisa jadi kita akan menghasilkan karya-karya yang membuat seorang Aristoteles di zaman kita mampu menyusun teori-teori baru. Atau menjadi Aristoteles yang mampu menemukan hal-hal yang baru dalam bertebaran karya-karya yang kini telah ada.
   SILAKAN memilih atau tidak memilih. Itu juga pilihan.[hah]