Saturday, November 29, 2003

Sajak Penyair Mau Mudik

PULANG dari memberi ceramah di sebuah workshop penulisan puisi, penyair itu bertemu dengan serombongan kata yang dipimpin oleh kata tanya, hari belum begitu senja. Tapi, perjalanan sudah sepi. "Wah, mau kemana kalian," kata penyair itu ramah menyapa kepada kata-kata yang sudah lama diakrabinya. "Kamu mau mudik, memangnya mau kemana lagi!" ujar kata seru. "Ya, kami capek, mengembara dari kamus ke kamus dari sajak ke sajak, tapi tak juga bisa memahami arti diri kami yang sesunguhnya," ujar sebuah kata benda. "Lagi pula, sudah lama kami tidak sungkeman sama orang tua," kata sebuah kata kerja.



LALU, kata-kata itu berpamitan meninggalkan penyair yang pura-pura tabah itu, padahal hatinya sungguh gundah sangat gulana. Diam-diam dia sebenarnya ingin menguntit kemana gerangan rombongan kata itu pulang, di mana rumahnya dan di siapa orang tua mereka sesungguhnya. Tapi, dia teringat kalimat yang dia ucapkan di depan peserta workshop penulisan puisi tadi, kalimat yang dikutipnya dari sajak Sapardi: sebermula adalah kata, baru perjalanan dari kota ke kota. Dia pun bergegas pulang ke rumahnya sendiri, teringat kamus dan peta di kamar pertapaannya yang sudah lama tak pernah dibuka-buka. "Saya juga mau mudik, aah!" kata penyair itu bergumam sendiri.



Ied Alfitri, 1 Syawal 1424.