Thursday, January 30, 2003

Janji Januari



bisakah kukoyak

bulan memar itu

dari seluruh kalender?



sia-sia

mengharap jawab



hanya luruh hujan makin kerap

hanya dekap dingin makin ketat.





Jan2003





Saturday, January 25, 2003

Tak Akan Ada Lagi Puisi Seperti Ini



tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini,

yang tak jenuh-jenuh menampung segenap air mata,

sebab kami menangis bersama

saat menuliskan satu-satunya kata

yang berabad lama kami pelihara

yang kususuneja huruf demi hurufnya

dari kucur kekal luka: Mahaluka!



tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini,

yang kemas menyimpan semesta resah

ketika padanya akhirnya kubuka satu-satunya

rahasia, yang sudah kujaga berabad lama, yang

telah membuat aku berkali-kali dihukum penggal

: mati, sebab bertahan mengunci bicara,

membisukan semua pintu-pintu suara.



tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini

yang ikhlas menyimpulkan seluruh sepi,

sepi yang alangkah kerasnya bertahan, yang

mengisi penuh seluruh kosong semesta hati

menjelajah ke semua arah berbatas entah, yang

menjadi mula seluruh suara yang kini mengkhianatinya,



ya, tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini...



jan2003

Friday, January 24, 2003

Sajak yang Ditulis di Lampu Merah



tak ada, tak

ada



(sebab baru saja

kutemu sekata



lampu hijau menyala)



ah, bodohnya

hidup kok mau-maunya

diatur oleh

warna-warna.



jan2003

Monday, January 20, 2003

Beginikah Mestinya Cinta Disajakkan?



cinta ini sayang, menyebab jagaku rusuh tidurku resah, maka

sayangku, tanpa setahumu, aku telah membaca

beribu-ribu sajak cinta, tapi hingga kini, aku tak bisa

juga temukan itu keyakinan, aku, wahai sayangku

justru semakin dirundung ragu, dikepung gamang itu



: memang beginikah mestinya cinta disajakkan?



karena, wahai sayangku, rasanya cintaku padamu

tak akan pernah bisa puas terwakilkan

dengan seindah apapun sajak, tersebab itu

sayangku, apakah ada cara lainnya agar

cintaku ini, padamu sempurna sampainya



jan2003





Sirup Rasa Mawar Cap Ikan Paus



dengan krayon merah, anakku menggambar 7 gelas besar

katanya, "ini bukan darah, tapi sirup rasa bunga mawar"



di kertas lain, digambarnya juga 7 ikan paus, tentu saja besar

"satu, dua, tiga...dan tujuh. Dan mereka haus benar-benar."



lalu anakku menggaris lurus-lurus, 7 buah garis merah

katanya itu pipet, ya itu pipet, bukan tombak berdarah!



jan2003

Saturday, January 18, 2003

ODE BAGI GURIH GARAM*



alih bahasa dari sajak Pablo Neruda



Asin garam

di wadah garam

pernah kulihat ia di ladang garam.



Aku tahu

engkau tak akan mau

percaya pada apa kataku,

tapi sungguh

asin garam itu berlagu,

lagu-lagu yang asin, bentang

ladang-ladang garam itu

berlagu-lagu

meski dengan mulut yang

ditimbun tubuh bumi.



Aku pun menggigil dalam kesunyi-sunyian ini,

ketika sampai kudengar

suara asin garam

di gurun geram.

Tak jauh dari Antofagasta

padang-padang rumput basa

menerusulangkan gema:

sebuah suara

yang parah terluka,

lagu-lagu

duka cita.



Pada guha-guha

asin garam

menggunung kubur cahaya,

katedral tembus cahaya,

kristalnya samudera, ombak

yang terlupa padanya.



Maka lalu, pada setiap meja hidang

di mana saja di dunia,

wahai garam,

kami temui gurih serbukmu

memercikkan

cahaya kehidupan

pada tiap saji santap kami.



Penjaga palka-palka kapal-kapal tua,

penemu arah

di puncak-puncak laut.

Pelaut tersemula

yang entah asalnya,

bertukar arah dengan buih-busa.

Debu-debu laut yang datang

padamu, mengirimkan

ke lidahmu kecupan malam samudera: lalu

rahasia rasa yang adil disampaikan

kepada semua bumbu, semua rempah.

Sembah saji, dari lautmu tersari;

Miniatur terkecil

ombak, pada wadah garam di meja

membukakan pada kita

lebih dari sekadar serbuk putih di dapur kita;



garam:

pada asinnya

kita kecup kecap tak terhingga rasa.



Jan2003.



* Judul asli: Ode To Salt.







Thursday, January 16, 2003

Bermain Rumah Denganmu



ini batas rumah kita, ujarmu, lalu kubuat garis di atas pasir

itu, jadilah denah rumah, dan tanganmu dengan kelincahan

yang selalu kukagumi menambahkan garis-garis lengkung

tanaman berbunga, di sini petunia, ujarmu, lalu alamanda,

dan difens, dan coleus, serta warna-warni begonia



ini kamar tidur kita, ujarmu, lalu kau sketsakan lelap tidur kita di

sana, kau imajikan warna, desain ruang, dan aroma melati

yang semerbak lewat jendela, dan sedepa dari sana kau

tanam wangi kenanga



lalu kau lingkarkan kurva melingkupi kau aku dan gambar

rumah kita, dan kau minta aku mengeja nama kita di pasir

itu, juga nama anak-anak kita yang telah lama kau reka



ketika laut mulai pasang, angin menggiring tangan-tangan ombak.

tiap deburnya sejangkal lebih dekat ke pantai bermain kita



kau cemas, tapi apa kata senja? terimalah ombak itu

karena ia akan mengabadikan rencana-rencana



menjelang mei1996

Tuesday, January 14, 2003

Jangan Kau Tampik Rinduku



Seperti datang panggilan dari jauhmu

duka mengulur tangan, menjemput.

"Jangan, jangan kau tampik rinduku!"

Sesesat apapun jejak telah luput.





Jan2003.





Monday, January 13, 2003

Janin dalam Rahim Puisi





: di ruang praktek dokter kandungan.





Tuhan,

pindahkan saja janin

di kandungan itu ke mataku,

agar setiap sel yang membelah,

dapat kuiringi dengan ketakjubanku

pada-Mu.



Tuhan,

pindahkan saja janin

yang suci itu ke hatiku,

agar didengarnya setiap

doa yang kupintakan untuknya

dari-Mu.



Tuhan,

pindahkan saja janin

yang mukzizat itu ke jantungku,

agar kami bisa saling menyapa

sejak detak hidup yang

pertama.



Tuhan,

pindahkan saja janin

yang indah itu ke lidahku,

agar dirasakannya rindu yang

tak ikut terucap ketika kusebut-sebut

nama yang kupersiapkan untuknya.



tapi, jangan pindahkan ia

ke tangan dan bahuku, Tuhan.



Biar saja letih ini menjadi

rahasia seseorang yang terus

berikhtiar menjadi pengemban

amanat yang Kau hadiahkan.



Jan2003.

Saturday, January 11, 2003

ADUH!





yang paling sakit adalah....





jan2003

Friday, January 10, 2003

Skenario Persetubuhan Pertama di Dunia





: untuk Ramon, Nanang (juga yang lain, siapa saja yang ingin).





/adegan I/



Ia terbaring bersama letih

yang belum sempat ia beri nama,

juga seorang di sampingnya

yang sama asingnya.



"Hawa? Hawa? Betulkah Tuhan

pernah menyebut nama itu di surga?





/adegan II/



Yang terbaring memejam di sampingnya. Begitu

damai tampaknya:

"Tapi, apa yang berdebar di dadaku,

apakah juga ada di dada itu? Di dada itu?



Yang bergetar di selangkangku, apakah

juga ada di selangkang itu? Ya, di situ?"



Yang terbaring memejam di sampingnya, sesungguhnya

juga tak dapat lelap sepenuhnya. Dia teramat ragu,

tapi jangan-jangan iblis lagi yang punya kerja. Dia teramat ingin

didengar bisik hatinya:

"Adam, rasanya kita tak akan terlalu menyesal

telah terusir dari surga."





/adegan III/



Tapi, ada yang tak sempat disadarinya ada di surga sana,

ketika disentuhnya telanjang tubuh yang sama.



Ya, ada yang tak sempat dirasakannya ada di surga sana,

ketika dipandangnya pesona mata yang sama.





/adegan IV/



Langit masih jingga, subuh teramat muda.

Daun hati masih menyimpan sihir sinar bulan.

Dingin kala itu begitu lain, begitu ingin.



Dua tubuh itu akhirnya menuntaskan

persetubuhan pertama di dunia. Setelah

semalaman begitu lain, begitu ingin.



Di rumput, tak terlacak lagi, mana keringat,

mana embun, mana cairan yang lain.



"Tuhan, di mana engkau semalam?"





jan2003

Thursday, January 9, 2003

Vocal: Rosa, Musik: Tak Ada!



uh! siapa kau yang menyuguh, nyanyi dari

bukit yang jauh, nada di guha tapaku penuh



dengar! diam angin, senyap satwa, dan daun

mengigit bibir erat berpegang agar tak sebisik

pun ada gemerisik: suaramu perawan suci, siapa

durja yang sampai hati mencemari?



jika akulah pemetik gitarmu, akan kuhempas

patah, sebab petikku tak pantas mengiringmu

jika akulah peniup saksofon, pasti kusesal

seluruh hembus nada yang dulu kumandang



sebab, suaramu perawan suci, siapa

durja yang sampai hati mencemari?



jan2003

Wednesday, January 8, 2003

Lagu Pada Kaset yang Lama



cinta kita, sayang, adalah kalimat yang

tak lengkap, yang tak pernah selesai diucap



rindu yang kita pertahankan, kelak

akan menemui yang hilang dalam kenang

yang susut dalam kabur bayang



benci yang kita sedap-sedapkan, pasti

akan basi, berlapukan dalam pegang

dalam lamur gelap pandang



tapi cinta kita, sayang, adalah mata yang

menyimpan harap, yang tak lepas tatap



jan2003



Sunday, January 5, 2003

Menjawab Pertanyaan Shiela, 2



laut itu apa, bah?



laut,

adalah jembar hati bumi

yang tak habis ikhlas mengawankan butir-butir

air dari dirinya tanpa pernah mau ikut mengatur

kemana kelak angin menurunkannya jadi hujan



adalah tabah jiwa bumi

yang memberi rumah hidup bagi

ikan-ikan juga tak pernah menutup

pintu bagi nafkah nelayan-nelayan.





kalau angin itu apa, bah?



angin adalah pengembara abadi, yang

ditakdirkan tak bernegeri, yang suka usil

mengusik diam daun-daun, tapi teramat

tahu apa yang harus dilakukan jika telah

dibentangkan layar-layar perahu nelayan, dan

yang tak pernah menolak disibukkkan

membantu anak-anak mengulur panjang

benang layang-layang.



mmm kalau ombak apa, bah?



ombak adalah kata yang dibahasakan

oleh laut yang selalu ingin bertahan diam,

ketika angin mengajaknya pergi, mengjenguk

negeri-negeri yang mungkin hanya

sempat didengar namanya, dari percakapan

anak-anak kapal nelayan yang tak letih

diantarkannya dari pelabuhan ke pelabuhan.



Jan2003

Friday, January 3, 2003

Menjawab Pertanyaan Shiela, 1









hujan itu apa sih, bah?



hujan adalah madu

yang jatuh ketika

kelopak awan mekar

sebab angin menggoyang-goyang

tangkainya





tapi kok tak manis, bah?



madu hujan manisnya

tak terkecap lidah

sebab tugas lebah

nanti yang mengumpulkannya

dari putik-putik bunga

sezarah-sezarah



kenapa lebah?



sebab dulu kupu-kupu

menolak perintah itu

dan ia memilih menjadi

penari, yang menghibur

hati bunga-bunga yang

kelak layu setelah

madunya diselamatkan

oleh lebah-lebah



burung juga

datang ke bunga, bah?




di dalam bunga, ada

jatah madu untuk burung

yang diikhlaskan lebah

dan burung kelak ikut

menebar benih bunga

ke tempat-tempat yang

dijanjikan kelak

mereka berjumpa membagi

cerita perjalanan

madu, perjalanan

cinta alam raya



shiela cinta sama bunga, bah..



bunga pantas mendapatkannya

rasa cinta itu adalah madu

yang diberikan bunga

padamu, cinta yang manisnya

kekal di hati mesti juga

tak terkecap lidah kita





Jan2003