Sunday, November 16, 2003

Bermain Kertas Bersama Ikra





Ikra Bhaktiananda, Oktober 2003



/1/



kertas itu tidak pernah benar-benar kosong kan? ada

yang selalu bersembunyi di antara lipatan-lipatannya, ada

yang senantiasa ada:di celah-celah robekan-robekannya,

di tepi potongan-potongannya, di balik warna putihnya,

di antara bunyi kereseknya.



Ada yang terus-menerus memikat dan selalu ingin

didengar bisikannya, diberi mimpi tentang sebuah

negeri dan orang-orangnya yang saling bercerita

tentang tangan-tangan awan yang menggendongmu

sambil terus benyanyi dan menari perlahan-lahan.



/2/



- kertas bisa dilipat jadi kapal terbang, Bah?



+ bisa, nanti kita terbang ke awan mencari

rumah kita yang sabar menunggu dengan

pintunya terbuka, alangkah luas tamannya.



- kertas bisa dibikin jadi burung juga kan, Bah?



+ ya, burung yang menjadi penuntun kapal terbang kita

menyusuri jejak di langit hingga sampai ke rumah

kita di awan, lalu hinggap di pohon menunggu

kemana saja perjalanan kita berikutnya.



- kalau bikin kapal laut bisa juga?



+ kapal laut kita ada di dermaga, ya. nanti kita

gambar lautan di kertas lainnya. nanti kita

berlayar bersama, mencari laut yang menguapkan

airnya, menjadi rumah awan kemana kita pulang

setelah menambatkan kapal itu kembali di dermaga.



/3/



selembar kertas putih kulipat rapi dalam ingatan

di antara tekukannya, kuselip nama-nama. Dan



kadang aku ingin sekali, ikut sembunyi di sana

menyusup hilang, diam di serat-seratnya. Tapi



belum kutemukan juga sebuah pena, untuk

memberi titik pada kalimat tak selesai, yang



sudah lama ada disana, berulang kali kubaca

berulang kali kudengar dia sebut namaku, juga



pernah sekali waktu, dia datang sebagai surat kilat

pengirimnya tanpa Nama, alamatnya Entah. Tapi



hei kertas, siapa yang menggambar peta ini?

"Lho, bukankah itu jejakmu sendiri, Saudara?"



Nov 2003