Sunday, August 25, 2013

Sketsa 1

DENGAN paruh yang patah parah, dia mengaduk-aduk bayang sendiri, hingga ia pun larut di dalamnya.

Dengan sayap yang lemah payah, dia memeluk dirinya sendiri, sampai tak lagi bisa ia lepas dari ketatnya.  

Wednesday, August 14, 2013

Burung

 Sajak Pablo Neruda

IA yang melintas dari burung ke burung,
pada segenap anugerah hari yang berkah.
Hari yang mengayun suling, alun ke alun,
hari yang berdandan, baju dedaunan,
mengepak kepak yang membuka lorong
menembus pada apa yang dihembus angin
hingga ke tempat di mana burung memecahkan
angkasa biru yang padat -
lalu di sana, malam pun tiba.

Ketika aku pulang dari berbagai tualang,
aku diam, terdiam dan hijau
antara matahari dan geografi -
Aku saksikan bagaimana kepak sayap itu,
bagaimana wangi itu menyebar lewat
telegrap, bulu-bulu sayap,
dan dari ketinggianku, kusaksikan jejak setapak
musim semi dan susunan atap bubungan,
nelayan di kios-kios ikan,
pantalon busa buih-buihan;
Aku saksikan itu dari langit hijauku.
Aku tak lagi punya alif-ba-ta
tak setimbang burung layang-layang pada berkas terbangnya,
percik riak, percik cahaya,
dari burung kecil yang terbakar
yang menarik-menari, serbuk sari.
SAYA tahu tak ada pembaca yang bertanya. Seorang penulis musti memaksakan seleranya kepada para pembacanya! - Jan Neruda
 

Tuesday, August 13, 2013

Ditakdirkan Bagiku Kepasrahan

LIDAH yang tak memaksa, bertanya pada kental kuah laksa: rasa apa yang selalu bisa kau sembunyikan dariku?


Tangan yang tak mendesak, berkata pada cawan yang remang retak: luka apa yang kau persiapkan untukku?

Mata yang tak mengancam, berbisik pada liuk periuk: bumbu apa kautambahkan pada laparku yang kau rebus itu?  

Hati yang terombang bimbang, menduga pada nganga belanga: kapan aku harus membenam di minyak menyalamu itu?