Sunday, November 2, 2003

[Ruang Renung # 21] Ada Apa dengan Sajak Cinta?

Jangan menganggap sajak cinta itu gampang dibuat. Peringatan itu datang dari penyair Jerman Rainer Maria Rilke. Kebanyakan penyair muda tergoda dengan tema ini. Padahal, kata Rilke, perlu kedalaman menuliskannya, kalau ingin menghasilkan sajak yang istimewa. Soalnya, sajak bertema cinta ini sudah terlalu banyak ditulis. Maka, pesan Rilke, hindari tema sajak ini, karena kalau kau paksa juga akan ada kesan terlalu gampangan dan terlalu biasa. Padahal puisi cinta itu sesungguhnya sangat sulit dibuat. Puisi cinta menuntut kekuatan yang penuh, perlu kematangan penulis, hingga perlu benar-benar tercipta puisi yang individual, dan kaya rasa.



Puisi cinta itu jebakan. Dia memukau, sehingga seolah-olah urusan cintalah yang paling berhak dituliskan jadi puisi. Puisi cinta memang paling mudah menular seperti wabah. Dalam kondisi tertular semua nampak indah di mata, tapi yang dihasilkan paling-paling hanya keluh kesah, ungkapan-ungkapan basi, atau sekadar ucapan berkasih-kasihan, berpuji-pujian, kangen-kangenan. Sekadar jadi sajak yang cengeng. Tidak istimewa.



Bukannya tidak boleh ditulis, tapi ya itu tadilah, hindari jebakan-jebakan. Penyair-penyair besar juga menggarap tema ini. Pablo Neruda punya 20 Love Poetry. Octavio Paz menghasilkan buku An Erotic Beyond The Sade. Shakespeare juga menulis soneta-soneta dengan tema cinta kasih. Cermati karya-karya mereka. Juga penyair besar lainnya. Bagaimana cinta hadir dan hidup dalam bait-bait sajak mereka. [ha]