Monday, November 17, 2003

Jiwa yang Tercekau

Sajak Pablo Neruda







Kita tersesat bahkan di senja ini.

Tak ada yang tahu: malam kita berpegangan,

sementara dunia dikepung warna biru.



Ada nampak lewat jendelaku

Semarak matahari jatuh di puncak gunung jauh.



Sesekali tampak sepotong cahaya

terbakar seperti keping di genggaman.



Aku terkenang engkau, hati tercekau

dalam duka itu, dukaku itu, engkau tahu.



Lalu engkau, dimanakah?

Lalu di sana itu, siapakah?

Lalu yang disebutnya, apakah?

Kenapa saat segenap cinta tiba tiba-tiba

saat itu duka meraja dan kurasa engkau jauh disana?



Buku tersia senantiasa tak terbuka saat senja tiba

dan sweater biruku teronggok: simpuh anjing luka.



Selalu, selalu saja engkau menyusut melintasi malam

melewati senja, gelap yang menelan patung-patung.