Friday, November 14, 2003

[Ruang Renung # 31] Puisi Sebagai Intellectual Exercise

KETIKA membahas puisi-puisi D Zawawi Imron, Kuntowijoyo ada mengemukakan istilah itu. Puisi, katanya, tidak untuk dianalisis, maka pembahasan atas karya puisi 'terpaksa' (?) dilakukan 'sekadar' (?) sebagai intellectual exercise. Tanda petik dan tanda tanya sengaja kita tambahkan sebagai upaya mempertanyakan karena ragau tentang apa yang dikemukakan oleh penyair yang kita kutip ini.



Kunto lalu mengutip sebuah sajak D Zawawi Imron, "Seekor Merpati Luka"



seekor merpati terluka

hinggap di ujung tombak

tombak pun jadi bunga

yang mengerami doa-doa



di langit merah

membias

diam yang tak bisa kuterka




Lalu, Kuntowijoyo menulis: Judul dari sajak ini, ternyata samar-samar hubungannya dengan pesan yang akan disampaikan puisi ini kuncinya terletak di kalimat akhir, yaitu "diam yang tak bisa kuterka". Dan yang tak bisa diterka ialah misteri. Ada impresi bahwa hidup ini adalah sebuah misteri. Imaji dalam alinea pertama tidak sambung baris ke satu dengan lainnya.Demikian juga paragraf pertama dengan paragraf kedua. Tidak mudah memang diterka maksudnya. "Bunga" adalah simbol kebahagiaan, "doa-doa" memberi harapan. Meskipun demikian "terluka" dan "ujung tombak" keduanya menakutkan, mencemaskan. Puisi ini jelas ingin merujuk pada misteri hidup, yang sekaligus memberi harapan dan mencemaskan. Barulah kurang lebih dimengerti arti judul "Seekor Merpati Luka".



Nah, mari kita jemput sajak-sajak lainnya untuk kita jadikan latihan menguliti pesan dan makna di dalamnya.[ha]