Friday, November 14, 2003

[Ruang Renung # 32] Berdekat-dekat dengan Kekuasaan

RIWAYAT hidup para penyair seringkali masuk ke wilayah kekuasaan. Banyak contoh bisa disenaraikan. Hafiz misalnya. Penyair yang lahir di tanah Iran itu keluar masuk Istana para sultan. Berulang kali diundang dan diusir penguasa. Diberhentikan dan dilantik lagi jadi ustad di perguruan kesultanan. Atau Li Po di daratan Cina. Dia juga keluar masuk penjara seiring bergantinya kaisar di negerinya. Berulang kali juga jadi penyair kerajaan dan terlibat keriuhan perang demi perang. Di negeri ini, kini, juga ada Rendra yang dicap tak sedap karena berdekat-dekat dengan pengusaha yang dekat dengan mereka yang pernah berkuasa.



Yang kita warisi dari penyair-penyair itu adalah karya-karyanya yang bisa kita baca dengan sudut pandang apa saja. Juga riwayat hidupnya yang juga bisa kita telaah terpisah atau bisa juga berkait dengan karya-karyanya.



Lalu, karena kedekatan itukah, nama penyairnya jadi berharkat melebihi wibawa karya-karyanya? Atau sebaliknya karena keasyikan berdekatan dengan penguasa itukah yang membuat karya-karya jadi jatuh tak tak bernilai lagi? Kita sebagai pembaca harusnya bisa arif bijaksana. Kapan memilah antara syair dan penyairnya. Kapan harus mengaitkan keduanya. Mestinya begitulah baiknya. Harusnya begitulah adanya.[ha]