Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.
Thursday, September 27, 2007
TUK Kenal, Maka TUK Sayang (5)
Sitok Srengenge dan GM (Foto oleh Blontankpoer)
HINGGA tahun ini penyair Sitok Srengenge masih terbaca namanya sebagai Direktur Pelaksana Utan Kayu International Litterary Biennale Festival. Hasif Amini - kini juga redaktur puisi Kompas - menjadi wakilnya. Mereka berdua, bersama Goenawan Mohamad dan Nirwan Dewanto juga menjadi kurator festival tersebut.
Saya punya tiga buku Sitok. Banyak puja-puji untuknya dipetik di buku itu. Saya suka sajak-sajaknya. Sutardji mengakuinya sebagai penyair yang sudah menemukan cara ucap yang khas.
Dia pernah menjadi anggota Bengkel Teater. Alumnus IKIP Jakarta (kini Universitas Negeri Jakarta) ini lalu mendirikan komunitas Gorong-gorong Budaya yang bergerak dalam bidang sastra dan penulisan. Sitok sering tampil pada forum-forum internasional, seperti Indische Festival (diselenggarakan oleh Rotterdam International Poetry Reading, 1995), Winternachten Festival (tiga kali, 1995, 1997, dan 2000), Sydney International Arts Festival dan Adelaide Festival (2002), Crossing the Sea di Kepulauan Karibia (2003), International Literary Festival Suriname (2004), WordStorm Festival di Northen Teritory (2005), dan lain-lain.
Pada 2001, Sitok mengikuti International Writing Program di University of Iowa, USA, dan setahun berikutnya, ia menjadi Artist in Residence di Australia atas sponsor Asialink. Pada November-Desember 2005, ia diundang sebagai Visiting Writer di Hong Kong Baptist University, Hongkong dan di sana, Sitok memberikan workshop bagi para peserta International Creative Writing Workshop. Sejumlah penghargaan internasional yang telah diperolehnya antara lain Sih Award pada 2003, menyusul penobatan dirinya sebagai salah satu dari 20 Exepcional People in Asia pada 2000 oleh majalah Asiaweek sebagai leader for the millenium in sociaty and culture.
Konon, Sitok pernah bilang, penyair Indonesia baru disebut penyair kalau tampil di TUK. Nah, ucapan inilah, yang dijadikan bahan untuk menyerang Sitok dan TUK. Mohamad Guntur Romli, kurator diskusi di TUK, menanyakan kebenaran kabar konon itu ke Sitok. "Saya, sudah konfirmasi ke Mas Sitok. Kabar itu bohong. Tidak benar ada pernyataan itu," katanya lewat surat-e ke saya. (bersambung)