IA seberangkan kaki, pada jalan berlampu merah, sebentar,
lalu berbelok lagi, ke kiri, ke sebuah tangga yang mengantar
ke lantai 3, ke kamar berdinding gemetar, berlampu pudar.
Dari jendela ada yang menyelinapinya, suara sangat meriah,
sisa jamaah, bertadarus, mendaras surah tentang lebah.
Ia melipat mukena dan sajadah. Lalu menggerutu pada gaun
sehelai, tipis dan ringkas, berwarna seragam dengan malam.
"Adakah surah tentang kupu-kupu? Yang bisa kubaca nanti
pada suatu waktu? Agar jelaga di sayapku luruh ketika aku
mengepak terbang ke arah-Mu?"
Ia tak berani berdoa. Tadi, samar ia hanya berujar, menyebut
kata ganti yang di sajak ini dituliskan dengan huruf M besar.