Setelah sekian lama bergaul akrab dengan sejumlah
pentolan handphone, lelaki itu kini fasih melafalkan:
"Halo...". Seperti zikir, seperti namanya sendiri.
Kadang-kadang, ketika Sang Handphone
tak berdering pun, ia suka memencet
tombol "yes", lalu serta merta bilang "Halo..."
Ia kini punya kartu nama, disana juga tertera
nomor Handphone-nya. "Hubungi aku di nomor ini,
ya!" ujarnya. "Akan kuperdengarkan, Halo yang paling khusyuk."
"Wah, nama Anda Halo, ya?" tanya seorang kolega
yang baru dijumpai pada sebuah pameran teknologi
telekomunikasi. "Ya, Halo. Itu saya. Memangnya kenapa?"
"Ah, tidak. Saya kira ada riwayat khusus, ya?"
"Ah, tidak juga. Bukankah kita harus terbiasa
dengan kata itu? Kau tahu apa yang diucapkan-Nya
ketika Dia menjawab atau memanggil kita?" - "Apa, ya?" -
"Nanti saja, kau cari dulu nomor cantik-Nya, lalu kau
hubungi Dia. Jangan lupa siapkan Pulsa. Secukupnya"