Friday, October 8, 2004

[Ruang Renung # 94] Perlukah Bertanya Apakah Puisi?

PERLUKAH kau tanya juga apakah puisi? Memangnya kalau kau sudah ketemu jawabannya, apakah lantas kau jadi lebih pandai menulis puisi? Jadi lebih fasih menyelami makna puisi? Kalau ya, cari saja. Banyak orang sudah menyediakan jawabannya. Puisi adalah apa yang diniatkan oleh penyairnya sebagai puisi. Itu kata Sutardji. Orang lain juga boleh membuat rumusan sendiri. Simonides yang hidup sebelum penanggalan Masehi sudah pula menjajal perumusan sendiri. Katanya, "lukisan adalah puisi bisu, dan puisi adalah lukisan yang dihadiahi pengucapan."



DEFENISI itu mungkin sangat diperlukan bila kau ambil kuliah di Fakultas Sastra. Kau perlu hafalkan, siapa tahu itu ditanyakan dalam ujian akhir semesteran. Saya sendiri sudah lama tidak peduli dengan pertanyaan itu lagi. Saya hanya asyik menuliskan dan sejauh yang saya yakini, apa yang saya tuliskan itu adalah puisi. Kenapa saya yakin? Karena saya juga menulis cerita pendek yang bukan puisi, saya menulis berita untuk surat kabar saya. Saya tahu berita itu bukan puisi.



LALU, saya merasa cara terbaik untuk menjawab pertanyaan itu - kalau ia memang hendak dipedulikan - adalah dengan menuliskannya. Dengan membacanya. Sebanyak-banyak. Membanding-bandingkannya. Menghadirkannya selalu dalam setiap melintas pikiran. Dijadikan sahabat dijadikan teman.



"SAYA dan puisi cukup mesra, dekat dan sangat bersahabat Ya, seperti suami-istri selama ini kami saling menolong, dalam suka dan duka. Puisi ternyata tidak hanya minta untuk selalu dituliskan, tetapi juga untuk dilakukan. Untuk menjadi perbuatan sehari-hari," itu kata penyair Acep Zamzam Noor.



DENGAN demikian kita akan akan tahu, mana puisi yang baik. Mana puisi yang buruk. Syukur-syukur kelak kita - lewat puisi - juga jadi tahu mana bagian buruk dalam diri kita dan mana yang baik. Apalah itu tujuan akhir puisi? Mungkin. Karena kalau itu tujuannya, tak lewat puisi pun kau bisa mencapai kesana. Saya tahu jawaban ini mungkin membingungkan. Mungkin sama sekali tak tersambung dengan apa yang ditanyakan. Jadi, selamat terjerumus dalam kebingungan. Saya juga sudah lama ada di dalam kebingunan itu. Dan saya betah, lho.[hah]