Wednesday, October 6, 2004

[Ruang Renung # 93] Menghayati Alam Mempertanyakan Perasaan

INI salah satu sajak favorit saya. "Dingin tak Tercatat" hasil kerja menyair pujangga favorit saya Goenawan Mohamad. Sajak yang sangat sederhana. Contoh yang sangat mudah dinikmati. Bagaimana pengamatan dan penghayatan atas alam menjadi bahan baku sebuah puisi. Bahan baku itu kemudian diolah dengan menyelaraskan perasaan. Yang di luar dan yang di dalam itu kemudian hadir dalam sebuah puisi - dengan kata yang sungguh dipilih, dan kalimat yang ditarik ulur antara yang liar melintas dan yang jinak ditata. Tiga baris pada bait pertama:



Dingin tak tercatat

pada termometer

Kota hanya basah




DALAM puisi yang buruk mungkin kita akan menulis, "...betapa dingin suhu saat itu, cuaca di bawah nol derajat celcius. Seluruh kota basah..." Tetapi, penyair mencari pengucapan yang otentik atas dingin yang ia rasakan. Dingin itu dia tafsirkan. Bait berikutnya:



Angin sepanjang sungai

mengusir, tetapi kita tetap saja



di sana. Seakan-akan



gerimis raib

dan cahaya berenang



mempermainkan warna.




ANGIN yang mengusir? Kita mestinya menghindar dari hembusan angin yang dinginnya tak tercatat pada termometer. Dingin banget. Dalam bahasa puisi ini - bahasa yang melengkapi bangunan puisi ini - disebutkan angin mengusir. Tetatapi sang aku dalam puisi itu tak beranjak. Lihat bagaimana bait-bait dimainkan. Bagaimana pemenggalan kalimat jadi alat untuk memaksimalkan efek puitis. Ada perasaan terbata-bata. Gemeletuk dingin dari kalimat-kalimat yang putus dan tersambung lagi, sampai akhirnya dilengkapkan. Lalu ditutuplah puisi ini dengan semacam kesimpulan perasaan dari seluruh paparan sebelumnya:



Tuhan, kenapa kita bisa

bahagia?



1971



SEBUAH pertanyaan. Pertanyaan yang tak lazim. Yang hanya dimungkinkan apabila diajukan di dalam puisi. Tetapi, ketika bahagia itu dipertanyakan, justru semakin terasa bahwa bahagia itu ada. Pertanyaan itu bukan sebuah gugatan. Tapi sebagai ucapan syukur bagi Tuhan sang pemberi rasa bahagia itu. Semacam pertanyaan seorang anak kepada ayahnya yang baru saja memberi hadiah. "Ayah, kok saya dikasih baju baru, sih?"[hah]