Friday, October 8, 2004

Menu Khusus pada Sebuah Restoran

Hari yang sudahsenja menyusun sembilan meja

bayang-bayang pelengkap di kanan sisisisinya.



Taplak antelas hitam sewarna langit. Warna kelam.



Ini restoran kehidupan. Tanpa kursi. Tanpa keranda.

Pada daftar hanya sebuah menu khusus: Kematian.



Kau, mestinya sudah pula dapat tempat. Istimewa.

Kau sudah lama memesan. Datanglah sendirian.



Anak-anak tak berayah jadi pelayan. Piring kosong,

sendok dan pisau, menata risau. "Tak ada yang

sempat menyantap, apa yang telah disuguhkan."



Demi perjalanan. Demi sopan santun perjamuan.