Saturday, January 10, 2004

Secarik Kartu As Sekop








"Aku telah meringkusmu, Tuan & Puan!"



Dipandanginya lagi, potret kedua anak,

dari bulan Juli yang mendesaknya sembunyi,

di dinding kamar penyekapan Ridwaniyah.

Kekejaman dan tulang-belulang ribuan orang

telah jadi jeruji: kini mengurungnya sendiri.

Dekat sungguh dari ketakberdayaannya, di istananya.

"Siapa kini yang sedang menggelar pesta di sana?"

Sedang para petinggi setianya bertetangga di

penjara yang dijaga sepasukan laskar dari lain benua....



"Aku telah meringkusmu, Tuan & Puan!"



Ini kamar cuma 3x4 meter. Pakaian bui selembar:

oranye warnanya, hambar. 12 jam interogasi. Maka,

bisakah di sini seluruh kusut kasut sejarah diluruskan?

Bisakah sebuah dusta dicarikan alas alasan?



Tak sampai juga surat dari si bungsu, dari Yordan,

dia menatap janggutnya betapa kusut, di halaman

depan surat kabar dengan headline yang serentak:

foto dari bunker yang sesak, dan Saddam yang

tak bisa mengelak dari angkuh yang sekehendak.



1979. Segala dimulakan perlahan perlahan. Hingga

13 Desember, tanggal hari yang hendak ia lupakan.



"Tuan & Puan, aku telah meringkusmu, kan?"



Jan 2003