Sunday, January 25, 2004

Komik-komik Satu Panel

/1/



Telah ditulisnya sebuah surat.



"Nah, ini saat mencari alamat!"



/2/



Dikoyaknya juga amplop bertepi

merah biru itu. Surat yang berkali-kali

ditolaknya, bertulisan nama & alamat

yang sudah lama ia sembunyikan.



"Salah alamat, Tuan!" Selalu begitu

katanya kepada Tukang Pos yang

makin lama terasa makin asing.



Dibacanya juga, selembar kertas

yang cuma bertulisan, "Selamat.

Telah lama, kami salah alamat!"



/3/



Dia bepergian jauh sekali.



Rumahnya ditinggalkan terkunci.

Kepada Tukang Pos, dia berpesan:

"Kalau ada surat, masukkan saja lewat

celah jendela. Prangkonya ambil saja.

Buat koleksi. Filateli."



Dia bepergian jauh sekali.



Mencari kartu pos yang paling indah,

untuk dikirimkannya ke rumah sendiri.



"Anda mau gambar apa, Tuan?"

tanya cewek penjaga kedai cindera mata,

di sebuah kota yang iseng disinggahinya.



Dia memilih-milih kartu

yang berserak di keranjang: ikan,

burung, gunung, jam, langit, gadis,

senyum, kanak-kanak....



Dia tak memilih apa-apa, hanya

bertanya, "peti mati ada?"



"Apa? Peta?"



"Ah, tidak. Lupakan saja..."



/4/



Setiap kali melewati rumah itu,

Si Tukang Pos selalu merasa

ada selembar surat yang harus

diantarnya ke sana. Tapi tak ada.



Ia hanya merasa ada. Hanya.



"Mungkin besok," bisiknya.

Seperti ada yang bertanya,

di rumah itu tak ada siapa.



"Besok. Mungkin. Besok?

Mungkin?" Lama-lama dia makin

terpesona dengan keduanya.



Jan 2004