Saturday, January 24, 2004

Oda bagi Benda Rusak

Sajak Pablo Neruda



Banyak barang rusak

di rumah

rusak karena jatuh

terdorong tangan tak tampak,

memang kerja si pelabrak.

Tapi itu bukan tanganku

juga bukan tanganmu

Itu juga bukan para gadis

yang kuku-kuku jarinya keras

juga bukan gerak planet bumi.

Itu bukan seseorang, bukan sesuatu

Itu bukan angin

Itu juga bukan petang warna oranye

Atau malam mengepung bumi

Itu juga bukan hidung atau siku

Itu bukan pinggul yang membesar

atau tungkai kaki

atau udara.

Piring pecah, lampu jatuh

Semua pot bunga-bunga terjungkal

satu per satu. Pot itu

pot yang terluapi warna merah tua

pertengahan Oktober,

pot yang jemu bunga violeta

dan pot yang kosong

bergelinding, berputaran, berputaran

menembus musim salju

hingga hanya tersisa serbuk

debu pot bunga,

kenangan terluka, abu bercahaya.

Dan jam itu

yang tiktoknya

adalah

tiktok hidup kita,

benang rahasia

pekan-pekan kita,

yang membebaskan

satu per satu, berjam-jam waktu

untuk manis madu dan kebisuan

bagi banyak kelahiran dan pekerjaan,

jam itu juga yang

jatuh

dan lembut biru talinya

bergetaran

di antara gelas pecah

hatinya yang leluasa

tak terbebaskan.



Hidup berterusan, menggilas

gelas, berbaju hingga lusuh,

membuatnya terbagi

bentuk-bentuk

tak utuh lagi

dan apa yang di ujung waktu

seperti pulau di sebuah kapal di lautan,

yang lekas busuk

di sekitarnya bahaya dari barang mudah pecah

bahaya dari air tak kenal ampun

dan segala ancaman.



Mari letakkan harta benda kita bersama

-- jam, piring, mangkuk diretakkan dingin udara --

ke dalam karung masukkan semua,

bawa ke laut

dan biarkan milik kita tenggelam

ke dalam penghancur kekhawatiran

seperti sungai suaranya.

Mungkin apa saja yang rusak

bisa dibentuk lagi oleh laut

oleh pekerja di sepanjang pasang.

Banyak sekali barang tak berguna

tak ada yang merusaknya

lalu rusak sendiri, cara sendiri.