BAHKAN sepotong kue pun harus diberi nama. Lalu kenapa puisi kita tidak? Nama puisi, yang kita maksudkan di sini adalah judul. Ya, sebuah judul bagi puisi seperti sebuah nama. Ketika potongan-potongan ayat dikumpulkan dalam sebuah kita, masing-masing diberi nama dibagi dalam surat-surat. Lalu kenapa puisi tidak?
    "Saya paling tidak bisa memberi judul kepada puisi. Tolong, dong." Bila kau temukan ada kata pengantar semacam ini mengiringi sebuah puisi, maka tengoklah, biasanya puisinya tak terlalu istimewa. Judul harus istimewa. Maka bila puisinya tidak istimewa, tentu susah untuk memberi nama istimewa buatnya.
    Tidak ada peraturan untuk membuat sebuah judul puisi. Tetapi, membaca puisi jadi semakin asyik jika kita menemukan sebuah puisi berjudul unik dan kandungan puisinya juga menarik. Kita bisa menghubung-hubungkan antara judul dan isi. Kita bisa menebak-nebak maksud penyair dari judulnya dulu, lalu mencari jawabnya dalam puisinya. Kita bisa menyimpulkan: oh ternyata judulnya menipu karena sama sekali tidak berhubungan dengan isi; atau kita juga bisa bikin kata akhir hmm kalau judulnya bukan ini puisi ini tak berarti apa-apa. Ya, ada puisi-puisi yang seperti itu.
    Tetapi, kalau kita memang punya alasan, dan tidak ada cara lain untuk mengelaki alasan itu, maka kau bisa biarkan saja puisimu tak berjudul. Atau ditulis tanda titik sederet dan sebut saja itu judul. Atau judulnya: Belum Dijuduli. Sekali lagi asal kau memang punya alasan untuk melakukan itu, maka lakukanlah. Orang akan tahu, itu bukan karena ketidakmampuanmu membuat judul yang baik, dengan kata lain, itu juga bukan karena ketidakmampuanmu merangkai puisi yang baik.
    Mestinya judul bagi puisi bisa juga diperlakukan seperti judul dalam sebuah berita. Dalam jurnalistik, judul harus membuat pembaca penasaran, tetapi juga mewakili isi beritanya. Tapi, untuk puisi? Tapi, ah tidak usah harus persis seperti itu. Pada judul itu, disitu juga ada tantangan untuk jadi kreatif: seberapa berani kita berdegil usil mucil dengan puisi.
    Tak ada ketentuan dalam membuat judul. Neruda dalam buku 100 Soneta Cinta, memberi judul masing-masing sonetanya dengan urutan angka romawi. Shakespeare juga. Memang begitukah? Tidak juga. Jika orang kini mengutip satu dari rangkain soneta itu, ada yang kemudian menyebut baris pertama seperti menyebut itu adalah judul puisinya.
    Jadi, berilah judul yang istimewa pada puisi kita. Karena, seperti kata penyair TS Pinang, judul itu setidaknya akan bermanfaat banyak ketika kelak kita menyusun daftar isi untuk buku puisi kita.[hah]