Sunday, January 4, 2004

Begitulah Bayi

Syair Rabindranath Tagore



Jika memang dia inginkan, bayi dapat

melesat terbang ke surga, saat ini juga.



Bukan tanpa alasan, dia tak meninggalkan kita.



Bayi teramat cinta merebahkan kepalanya

di dada ibunya, dan ia juga tak tahan

bila ia kehilangan tatap pandangan ibunya.



Bayi tahu seluruh makna kata bijaksana,

kata yang hanya sedikit orang di bumi

yang bisa memahami arti sebenar-benarnya.



Bukan tanpa sebab, dia tak ingin bicara.



Satu-satunya yang ingin ia pelajari adalah

kata-kata ibunya, kata yang terucap dari bibir

ibunya. Sebab itu, ia seakan tak tahu apa-apa.



Bayi punya setimbun emas dan mutiara, tapi

dia datang ke bumi ini seperti pengemis kedana.



Bukan tanpa karena, dia datang seperti menyaru.



Pengemis kecil ini hanya berpura tak berdaya,

agar bisa memohon kekayaan cinta ibunya.



Di negeri kecil bulan sabit, bayi

teramat bebas dari segala belenggu.



Bukan tanpa apa-apa, dia pasrahkan kebebasannya.



Dia tahu, ada ruang bagi kegirangan tak habis-habis

di sudut kecil hati ibu, dan terperangkap dalam

dekapan lengan, jauh lebih manis dari kebebasan.





Bayi sesungguhnya tak pernah tahu tangisan.

Dia tinggal di negeri berlimpah kebahagiaan.



Bukan tanpa dalih, dia mencucurkan air mata.



Sebab dengan senyum di wajah ramahnya,

dia memikat rasa kasih ibu padanya,

dan tangis kecilnya menjalin

dua ikatan: belas kasihan dan cinta.



* Dari Baby's Way, syair ke-4 dari rangkaian

The Crescent Moon.








Ikra Bhaktiananda, Desember 2003. Dijepret oleh Hasan Aspahani.