Saturday, January 3, 2004

Sang Kata

Sajak Pablo Neruda



Telah lahir ia

dalam darah, sang kata

tumbuh dalam kelam tubuh, meronta

lalu keluar lepas dari bibir dan mulut.



Lebih menjauh, lebih mendekat

masih juga, masih datang ia

dari bapa tak bernyawa, suku pengembara,

dari tanah ladang berbatu,

letih karena kemalangan puaknya,

karena, ketika nyeri berangkat di jalan itu

dusun-dusun berjalan dan tiba

dan bumi yang baru terbasahi lagi

agar tertabur benih kata-kata baru.

Maka inilah yang terwariskan:

Inilah udara yang memautkan kita

kepada kematian manusia, kepada fajar

raga baru yang belum terbangkitkan.



Atmosfer masih bergetar

tersebab kata pertama

terucap

dalam panik dan erang.

Kata yang

bangkit dari bayang

dan walau tak ada badai sekarang

masih juga bergemerincing kata

karena badai ketika

kata pertama

tersebutkan:

mungkin saja hanya sedesah, hanya setetes,

dan masih saja berluruhan ia, bermusim-musim.



Lalu rasa mengisi sang kata.

Ada benih kehidupan di rahimnya.

Itulah seluruh kelahiran dan tangis pertama:

Keteguhan, kesejatian, kekuatan,

pengingkaran, pemusnahan, dan kematian:

bancuhan kewujudan dan kehakikian

dalam sengat arus listrik kemolekannya.



Kata, manusia, suku kata, rongga pinggul

terang cahaya dan wadah perak,

mangkuk pusaka yang diterima

dari percakapan darah:

di sinilah, kebisuan melebur

dalam kata-kata manusia yang seluruh.

Dan tidak berbicara adalah menjadi sekarat

di antara tubuh yang hidup:

bahasa bersemi bangkit dari akar rambut,

mulut yang berkata tanpa gerak bibir:

mata yang seketika adalah kata-kata.



Kurenggut sang kata dan kurasuki ia

seakan ia wujud manusia semata,

paras wajahnya menggirangkanku dan aku terbang

lekas melintas di setiap resonansi bahasa:

aku melafalkan dan

akulah senyap di akhir kata yang teraih

tanpa mengucap apa-apa.



Aku minum bagi sang kata,

angkat kata dan gelas kristal,

di dalamnya kereguk

anggurnya bahasa,

air yang tak habis-habisnya

rahim ibu sumber kata-kata,

dan gelas, dan air, dan anggur

mengasali laguku

karena kata kerja adalah asal mula

dan kanal kehidupan: dialah darah

darah yang mengucap sejati makna,

maka siaplah ia mengalirkan pula:

menyerahkan kristal kepada kristal

darah kepada darah, hidup kepada hidup,

maka dialah sang kata-kata.



Dari: Plenos Poderes