Sunday, January 11, 2004

Baju



Sajak Carl Sandburg



Kupakai baju sebagai tanda dan lambang

lebih dari hanya pelindung panas dan hujan,

Kupakai baju sebagai isyarat,

sebagai pencerita jiwa.



Bisa saja kulepas dan kukoyak bajuku,

dan bikin ribut suara mengejek dan robek,

dan mereka akan bilang.

"Lihat, dia mengoyak bajunya."



Bisa saja aku tetap memakai bajuku.

Bisa saja menunggu, bernyanyi bagai burung kecil

dan lihatlah ke dalam mata mereka tak terusik.

Bisa saja aku tetap memakai bajuku.







Shirt



My shirt is a token and symbol,

more than a cover for sun and rain,

my shirt is a signal,

and a teller of souls.



I can take off my shirt and tear it,

and so make a ripping razzly noise,

and the people will say,

"Look at him tear his shirt."



I can keep my shirt on.

I can stick around and sing like a little bird

and look 'em all in the eye and never be fazed.

I can keep my shirt on.




Sup



Sajak Carl Sandburg



Ada aku nampak orang mahsyur itu makan sup.

Kulihat dia mendekatkan kuah lemak menghirup,

ke mulutnya dengan sendok.

Di koran hari itu ada disebut namanya.

Dicetak dengan huruf besar: berita utama!

Dan ribuan orang asyik menggunjingkannya.



Ketika aku melihat dia,

Dia lagi duduk, mendekat piring menunduk.

Menyuap sup ke mulutnya dengan sendok.





Soup



I saw the famous man eating soup.

I say he was lifting a fat broth

Into his mouth with a spoon.

His name was in the newspapers that day

Spelled out in tall black headlines

And thousands of people were talking about him.



When I saw him,

He sat bending his head over a plate

Putting soup in his mouth with a spoon.




[Dari Smoke and Steel, 1920]