Baju
Sajak Carl Sandburg
Kupakai baju sebagai tanda dan lambang
lebih dari hanya pelindung panas dan hujan,
Kupakai baju sebagai isyarat,
sebagai pencerita jiwa.
Bisa saja kulepas dan kukoyak bajuku,
dan bikin ribut suara mengejek dan robek,
dan mereka akan bilang.
"Lihat, dia mengoyak bajunya."
Bisa saja aku tetap memakai bajuku.
Bisa saja menunggu, bernyanyi bagai burung kecil
dan lihatlah ke dalam mata mereka tak terusik.
Bisa saja aku tetap memakai bajuku.
Shirt
My shirt is a token and symbol,
more than a cover for sun and rain,
my shirt is a signal,
and a teller of souls.
I can take off my shirt and tear it,
and so make a ripping razzly noise,
and the people will say,
"Look at him tear his shirt."
I can keep my shirt on.
I can stick around and sing like a little bird
and look 'em all in the eye and never be fazed.
I can keep my shirt on.
Sup
Sajak Carl Sandburg
Ada aku nampak orang mahsyur itu makan sup.
Kulihat dia mendekatkan kuah lemak menghirup,
ke mulutnya dengan sendok.
Di koran hari itu ada disebut namanya.
Dicetak dengan huruf besar: berita utama!
Dan ribuan orang asyik menggunjingkannya.
Ketika aku melihat dia,
Dia lagi duduk, mendekat piring menunduk.
Menyuap sup ke mulutnya dengan sendok.
Soup
I saw the famous man eating soup.
I say he was lifting a fat broth
Into his mouth with a spoon.
His name was in the newspapers that day
Spelled out in tall black headlines
And thousands of people were talking about him.
When I saw him,
He sat bending his head over a plate
Putting soup in his mouth with a spoon.
[Dari Smoke and Steel, 1920]