BEGITU berat. Takbir yang kau angkat. Seperti magrib pertama
muallaf yang terantuk. Di saf terjauh. Mengejar batas masbuk.
Tiap ayat kau beri sebuah angguk. Kau pun khusuk menunduk.
Di karpet lapuk. Pemeluk yang takluk. Remang menepuk pelupuk.
*
AKU seperti mendengar khatib di mimbar itu berwasiat tentang
sebuah tamasya keluarga. Kita. Dari alis mati ke alas mata.
"Kita akan bertemu di surga, bukan?" Aku tak tahu siapa yang kau
harap akan menjawabnya. Mungkin ya. Ketika waktu dikosongkan
dan sejak saat itu kalender pun abadi. Kalender tak berangka lagi.