Sepinya perbincangan ataupun polemik tentang puisi, bisa jadi karena secara estetik maupun tematik tidak ada 'pencapaian baru' yang mengejutkan dan mampu menghentak perhatian para pengamat dan kritisi sastra. Para pengamat atau kritisi sastra masih melihat sajak-sajak yang bertebar itu hanya memiliki kualitas estetik yang rata-rata, atau standar layak muat di media massa saja, dengan tema-tema yang cenderung stereotype. Alias, tidak ada 'kejutan estetik' baru, yang menonjol di antara ribuan sajak yang dipublikasikan itu.
Petikan dari:
Sastra Mutakhir dan Degradasi Peran Sastrawan
Ahmadun Yosi Herfanda
Redaktur sastra Republika