Saya merasa kata-kata yang ada tidak cukup untuk puisi-puisi saya. Kemana saya mencari kata kata yang saya perlukan? Ke dalam kamus. Ternyata kamus juga tak menyediakan kata yang saya butuhkan itu. Sekarang, tak ada pilihan lagi, saya harus menciptakan kata sendiri.
Ya, saya harus menciptakan kata sendiri untuk keperluan puisi saya. Adakah larangan seseorang menciptakan kata sendiri? Tak ada. Baiklah, saya akan menciptakan kata yang saya perlukan, sejalan dengan puisi-puisi yang saya ciptakan, puisi yang membutuhkan kata itu. Baiklah, saya menyebut kata-kata yang akan saya ciptakan itu sebagai "cata". Calon kata. Ini kata pertama yang saya ciptakan dalam upaya menciptakan kata untuk puisi-puisi saya.
Saya memerlukan kata "tuisi". Maka saya ciptakan saja cata "tuisi", yang saya ciptakan dari frasa "tulis puisi". Itu kelak menjadi kata kerja. Jadi di puisi saya nanti, Tuan dan Puan akan menemukan kata "menuisi" yang artinya "menulis puisi", dan "dituisikan" yang berarti "dituliskan menjadi puisi".
Ya, saya tentu boleh berharap, kelak cata-cata yang saya ciptakan untuk puisi saya itu akan menjadi kata yang dipakai tidak hanya oleh saya, dan tidak hanya untuk puisi saya. Cata saya itu bila memang diperlukan, saya relakan menjadi kata yang saya sumbangkan untuk Bahasa Indonesia yang saya cintai. Saya kira itulah balas jasa saya atas bahasa negeri saya itu.
Kenapa saya tidak mengusulkannya ke lembaga resmi Balai Bahasa atau Pusat Bahasa? Ah, sudah ada ahli-ahli bahasa di sana, saya tak akan mengganggu kerja mereka. Tujuan saya yang utama sederhana saja, yaitu menyediakan kata untuk puisi saya.
Saya pun berharap kelak akan tersusun kamus cata-cata saya. Bila pun harapan-harapan saya itu tidak terkabul, setidaknya cata itu menjadi kata sekali dalam puisi yang saya ciptakan untuknya, puisi yang menjadi alasan saya untuk menciptakan cata itu sendiri.
21 Juni 2007
Hasan Aspahani