Raja Ali Haji menjelaskan kesempurnaan syair Melayu itu ditentukan oleh tiga perkara. 1. Cukup timbangannya; 2. betul sajaknya; 3. tidak cacat dan janggal karena berulang-ulang.
1. Timbangan Syair: Syair Melayu tamam atau sempurna sajaknya empat misra atau dua baris. Misra berarti "daun pintu" adalah istilah untuk separuh baris syair. Dahulu, syair ditulis dua baris. Tiap baris terdiri dari dua misra. Diibaratkan empat keping tudung pintu. Tiap-tiap misra terdiri dari empat kata. "Empat ditimbang empat," kata Raja Ali Haji. Kata itu bisa kata benda, kata kerja atau kata sifat. Jadi satu bait syair terdiri dari enambelas kata. Kata sambung, kata depan kata, kata bantu laiinya kadang-kadang tidak dihitung sebagai kata yang berdiri sendiri, dan dianggap menjadi bagian dari kata yang mengikutinya.
Contoh 1:
dengarkan tuan suatu rencana * dikarang fakir dagang yang hina
barangkali ada yang kurang kena * tuan betulkan jadi sempurna
"yang hina" dan "yang kurang" dianggap satu kata.
2. Persajakan: Sajak adalah bunyi atau huruf yang jatuh pada akhir tiap-tiap misra. Ada dua jenis sajak. Yang pertama adalah sajak yang "terlebih bagus".
Contoh 2:
dengarkan encik dengarkan tuan * dengarkan saudara muda bangsawan
nafsu dan hawa hendaklah lawan * supaya jangan kita tertawan
Bunyi bersajak pada kata "tuan", "bangsawan", "lawan", "tertawan" adalah persajakan yang sempurnya dan tergolong pada kelas yang "terlebih bagus".
Contoh 3:
ayuhai saudaraku yang pilihan * menuntut ilmu janganlah segan
jika tiada ilmu di badan * seperti binatang di dalam hutan
Perhatikan bunyi sajak pada kata "pilihan", "segan", "badan", dan "hutan". Keempatnya sama-sama berakhir dengan bunyi "..an" tetapi keempatnya berbeda pada konsonan yang mendahului bunyi "..an" itu, yaitu "...han", "...gan", "...dan" dan "...tan". Bandingkan dengan syair pada contoh 1. Inilah yang digolongkan oleh Raja Ali Haji sebagai persajakan yang, "kurang sedikit bagusnya, tapi betul juga sajaknya."
3. Syair Cacat: Ada tiga cacat pada syair. Pertama, cacat pada timbangannya, yaitu jumlah katanya lebih dari empat. Kedua, cacat karena mengulang-ulang kata yang sama demi mendapatkan sajak di akhir baris. Ketiga, cacat pada maksud, kata-kata di dalam empat baris itu berlainan mahfumnya, "jadi tiada berketahuan," tulis Raja Ali Haji.
[Sumber bacaan: "Timbangan Syair" lampiran surat Raja Ali Haji kepada Van de Wall bertanggal 21 Juni 1858.]