INI tulisan ihwal sikap kepengarangan dan manfaat kritik. Asrul Sani menulis di Siasat, 4 Oktober 1953. Saya membaca tulisan itu dan menyarikannya dari bukunya yang tebal "Surat-surat Kepercayaan", yang merangkum tulisan-tulisannya. Dari pengarang-pengarang terdahulu, kita sebenarnya mendapat banyak bahan untuk bersikap arif. Kita harus lebih banyak membaca karya-karya mereka. Sekali lagi, ini tulisan tentang sikap pengarang dan manfaat kritik, silakan merenungkan.
1. Menulis tentang kesusasteraan ialah menulis perihal derita, kegembiraan, kepahitan, dan kemanisan yang telah dialami, pengalaman yang telah jadi kesadaran dan kemudian beroleh bentuk dalam kata yang membentuk kalimat dan kalimat yang menjadikan karangan.
2. Kita tidak akan dapat menulis tentang kesusasteraan jika pengarang-pengarang menyelesaikan deritanya dengan sebuah keluh atau ia berurai air mata ataupun mengepalkan tinju. Karena bagaimana murni pun perasaan yang menjadi sumber air mata itu, ia tak akan lebih dari air mata biasa: belum kesusasteraan.
3. Setiap puisi terdiri dari kata, kata yang liar dan kasar, kemudian dijinakkan oleh penyair dan dipatuhkannya kepada kehendaknya.
4. Pengarang baru jadi penting kalau ia mengarang. Jika pekerjaan ini tidak ia lakukan, maka tidaklah ia mencampuri kehidupan orang lain, dan karena itu tidak akan kita campuri.
5. Jika orang menulis perihal kesusasteraan, maka orang dapat menulis untuk dua golongan: untung pengarangnya, dan untuk orang banyak. Untuk pengarang, karena ia dengan tulisannya telah mencampuri kehidupan kita. Dan karena itu, kita menyatakan kepadanya apakah ia telah berlaku sewajarnya, apakah ia jujur, apakah betul dasar kenyataan yang ia kemukakan.
6. Orang banyak itu penting, sebab sebuah karangan belum lagi mencapai tujuannya jika ia baru berbentuk buku belum dibaca. Setiap hasil seni mengandung "beban", dan "bebam" ini dikandungkan untuk dikeluarkan kembali oleh pembaca, dengan cara membaca karangan tersebut.
7. Mengeluarkan isi atau beban hasil seni adalah rahmat karena di dalamnya terkandung keterharuan dan kenikmatan. Ia adalah "nafkah" yang kita dapat waktu kita membaca buku.
8. Kritik kesusasteraan dibenarkan hak hidupnya sebab ia tidak saja menyatakan dan menyebarkan kesusasteraan yang telah dibuat itu, tapi lebih-lebih karena ia adalah semacam pasukan-pasukan yang termaju ke depan yang akan membebaskan daerah-daerah baru bagi kita dan dengan demikian mempertinggi nafkah kita waktu membaca hasil kesusateraan.
9. Majalah-majalah kesusasteraan baru dapat dihalalkan kehidupannya, jika ia mempunyai kecondongan-kecondongan seperti yang dilakukan oleh pasukan-pasukan terkemuka ini. Ia membantu orang banyak membentuk kesusasteraan.[]