SEBUAH lagu tak bisa selesai aku nyanyikan. Perahu bimbang
membawamu berdayung ke balik tanjung. Tak ada gelombang.
Tak ada gelombang. Memang. Aku bertiang pasir. Sunyi diam-diam
menghantam. Kukira dadaku kini pun berisi pasir. Sedetik sebutir.
Sedetik sebutir. Batu membongkah kering. Merebak. Aroma kutuk.
Yang kunyanyikan tadi: lagu-badai-lagu-hujan. Semacam ramalan.
Semacam ramalan. Tapi, aku masih terperanjat, ketika dari langit
ada yang menitik. Melintas lekas kawanan itik liar. Konser rintik.
Konser rintik. Dan datang lagi perahu. "Pelayaran terakhir hari
ini," kata juru dayung. Aku melihat sudah ada seorang penumpang.
Seorang penumpang. Ia tersenyum ke wajah cakrawala. Menyenja.
Kulihat lagi. Sekali lagi, ia menyelaraskan senar-senar gitarnya.