AKU tak ingin tahu, sebenarnya, kau tak tahu,
wangi tubuh perempuanmu ada pada angin itu.
DI jauh bilik berjendela seribu, kutebak, mana
lampu yang menyala dari pendar air matamu?
KUKIRA dulu, dari situ bisa menjelma hantu,
yang memandu langkahku ke pintu pagarmu.
SEGALA memang telah lama tertunda-tunda,
musim-musim kita tak lagi menyiklus sempurna.
AKU selalu bergetar menatap senja. Mata senja.
"Hangat secangkir kopi, kepada siapa kuminta?"
RINDU, bagaimana dulu sebenarnya kita bisa
menanamnya di tamanmu - meliarkannya di hutanku?