SEHABIS memenangkan pertandingan, malam itu
mereka kemping di lapangan, menyalakan unggun,
menggantung semua yang tegang di palang gawang.
MEREKA gembira sekali, sambil sesekali nenggak
bajigur dan mengudap rebus pisang yang dijajakan
pensiunan hakim garis dari luar lapangan. "Mau tambah
lagi, wahai Para Kapten?" teriaknya, setiap kali dilihatnya
gelas tandas, setiap kali dilihatnya piring melompong.
DI ruang ganti, ada setumpuk kostum dan kaos kaki,
bersekutu dengan keringat yang sudah mendingin.
DI tempat lain ada si kulit bundar yang tertidur pulas
sekali. Ia bermimpi bertemu Malaikat Penjaga Gawang
dan bertanya, "Kenapa engkau halangi aku menyentuh
jaring-jaring gawang itu? Kenapa setiap kali aku ada
di dalam tenteram tanganmu, kau tendang lagi aku
ke tengah-tengah lapangan untuk diperebutkan?"
SI Malaikat Penjaga Gawang tidak menjawab, dia
hanya melirik ke redup lapangan, unggun yang mulai
memadam, dan mereka yang terkapar kelelahan,
seperti anak-anak sawah, letih bermain seharian.