DIA telah giring doa bola dari lapangan ke lapangan
Gawang itu terbuka belaka. "Diakah yang berjaga?"
"YA, Akulah." Di hati tinggal satu-satunya tendangan.
Satu-satunya penalti. Dia memohon skor dikosongkan.
"TAPI ini pun cuma satu-satunya doa, satu-satunya bola."
Dia ragukan mata dan kaki yang lama sudah dilatihnya.
DIA pun ingin meyakinkan arah, meletakkan peta Ka'bah.
DIA mengingat kapankah terakhir kali dia berwudhu?
"Ataukah aku sudah tak perlu dipisah lagi dari ibu debu?"
Gawang masih terbuka. Dia ingin masuk bersama doa bola.